Kelapa sawit merupakan sumber daya alam
yang banyak dimiliki oleh perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Indonesia
tersebar di wilayah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Kelapa
sawit merupakan komoditas yang diandalkan dan diolah menjadi minyak kelapa
sawit. Kebutuhan minyak kelapa sawit di Indonesia sangat tinggi. Seiring dengan
pertumbuhan penduduk dan kebutuhan beberapa sektor industri.
Minyak
kelapa sawit tidak hanya diolah menjadi minyak goring. Berbagai produk seperti margarin,
sabun, kosmetik, cokelat untuk es krim dan bahan bakar mobil dan pembangkit
listrik. Akan tetapi, dibalik berbagai olahan produk minyak kelapa sawit yang
banyak memberikan manfaat, limbahnya apakah aman bagi lingkungan.
Limbah
kelapa sawit dibagi menjadi tiga bagian yaitu cair, padat dan gas. Limbah ini
bukan hanya menjadi tanggung jawab produsen tetapi kita dan aku terutama
sebagai konsumen wajib memperhatikannya. Limbah kelapa sawit cair ini terdiri
dari POME (Palm Oil-Mill Effluent)
air buangan kondensat dan air hasil pengolahan. Limbah cair ini dapat
dimanfaatkan untuk produksi biogas, pakan ternak, bahan pembuat sabun dan
pembuatan biodiesel. Limbah ini apabila tidak dikelola dengan baik akan
mencemari laut dan mikroorganisme.
Lalu
limbah berbentuk padat terdiri dari tandan kosong, serat dan tempurung/cangkang.
Limbah padat ini dapat dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulb (kertas),
campuran pembuatan keramik, sabun, media budidaya jamur dan pakan ternak. Limbah
ini apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan sampah yang menumpuk
dan sumber berkembangnya penyakit.
Kemudian
limbah berbentuk gas terdiri dari hasil pembakaran serat dan cangkang. Limbah gas
ini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit energi dan gas metan. Limbah ini
apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan polusi udara, pencemaran
lingkungan dan menaikkan emisi penyebab efek rumah kaca.
Limbah
hasil pengolahan kelapa sawit yang terdiri dari limbah cair, padat dan gas
memberikan efek yang berbeda-beda bagi lingkungan. Aku ingin menyoroti limbah
yang berbentuk cair karena memiliki resiko yang cukup tinggi bagi laut di
Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia memiliki daerah perairan yang
luas bila dibandingkan dengan daratan. Para nelayan menggantungkan mata
pencariannya dengan melaut. Lantas, bila laut tercermar bukan hanya nelayan
saja yang merugi. Konsumen, pemerintah, pengusaha, distributor dan investor
ikut merugi. Tidak hanya itu, bila laut tercermar kita kan kehilangan salah
satu sumber protein hewani yang tinggi.
Lalu
pengolahan limbah yang baik itu seperti apa. Bila produksi minyak kelapa sawit
dihentikan apakah laut tidak akan tercermar. Jawabannya tentu saja tidak, kita
sebagai konsumen perlu meneliti produk yang kita beli sebelum dikonsumsi. Beberapa
konsumen terkadang asal membeli tanpa melihat apakah produknya aman bagi
lingkungan atau tidak. Mereka berasumsi, produk tersebut terkenal dan harganya
mura.
Pada
tahun 2014, Indonesia telah memproduksi minyak kelapa sawit yang bersertifikat
RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)
sebanyak 5,8 juta ton. Direktur RSPO mengatakan produksi minyak kelapa sawit
dunia yang sudah bersertifikat RSPO telah mencapai 11,6 juta ton. Ini mengindikasikan
Indonesia telah menyumbang 50% produksi minyak kelapa sawit telah bersertifikat
RSPO dunia. RSPO ini memiliki kriteria dan standar tertentu. Bagi produsen yang
telah menggunakan RSPO dapat membantu mengurangi dampak negatif dari budidaya
kelapa sawit terhadap lingkungan dan masyarakat juga kampanye hitam yang selama
ini dituduhkan.
Jadi,
standar RSPO dapat dipraktikkan untuk pengolahan limbah cair kelapa sawit
karena standar ini telah mengacu pada semua aspek. Mulai dari penanaman, proses
produksi pendistribusian kelapa sawit dan sampai ke tangan konsumen. RSPO ini
juga terus diperbaharui dan direvisi kearah yang lebih baik untuk memberikan
kenyamanan bagi produsen, konsumen dan lingkungan. RSPO ini tidak hanya
terbatas pada produsen tetapi kita sebagai konsumen mulai menunjukkan
kepedulian untuk menyelamatkan laut milik bersama. Mulai dari tidak membuang
sampah pada tempatnya, membeli produk berlogo RSPO, mengikuti acara
bersih-bersih pantai dan mulai bergerak dan bergabung dengan RSPO untuk menunjukkan
kepedulian kita, aku dan kamu yang membaca ini.
Mari selamatkan laut dan isinya
serta tidak membuang sampah sembarangan. J