BERPRESTASI
Al-Qur’an
banyak sekali mengingatkan manusia agar menggunakan akalnya untuk berpikir dan
bertafakur.
“afala tatafakkarun, afala ta’gilum, awala
yatadabbarun”
Manusia memang adalah makhluk yang berpikir (al insanu hayawanun nathiqun). Pada manusia,
berpikir merupakan proses keempat setelah sensasi, persepsi dan memori yang
mempengaruhi penafsiran terhadap suatu stimulus. Dalam berpikir orang
melibatkan sensasi, persepsi dan memori sekaligus.
Dalam
kehidupan, berpikir diperlukan untuk :
1. Memecahkan
masalah (problem solving)
2. Untuk
mengambil keputusan (decision making)
3. untuk
melahirkan sesuatu yang baru (creatifity)
Semakin tinggi
ilmu seseorang maka semakin rumit cara berpikirnya. Ada orang yang hanya bisa
melamun, ada yang berpikir tetapi tidak realistis dan ada yangg berpikir
realistia. Ada orang yang selalu berpikir, ada orang yang hanya mau berpikir
jika merasa perlu dan ada yang kadang-kadang saja berpikir.
Orang pandai berpikir secara bersistem
misalnya berpikir deduktif (mengambil keputusan dari pernyataan umum) atau
sebaliknya berpikir induktif (mengambil kesimpulan umum dari pernyataan
khusus). Tetapi terkadang ada masalah yang tidak bisa dipecahkan dan berpikir
secara biasa, maka bagi orang yang sangat pintar ia memakai metode yang disebut
berpikir kreatif (creatif thinking).
Berpikir
kreatif adalah berpikir dengan menggunakan metode baru, konsep baru, penemuan
baru, paradigma baru dan seni yang baru pula. Urgensi pemikiran kreatif bukan
pada kebaruannya tetapi pada relefansinya dengan pemecahan masalah. Karena
kebaruan dan tidak konvensional, maka orang yang kreatif sering tidak dipahami
oleh orang kebanyakan, tidak jarang dianggap aneh/bahkan dianggap gila
(berpikir gila).
Proses
berpikir kreatif itu melalui 5 tahapan :
1.
orientasi, yakni merumuskan dan mengidentifikasi
masalah
2.
preparasi, yakni mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi
3.
inkubasi, yakni berhenti dulu, tidur dulu, cooling down dulu
4.
iluminasi, yakni mencari ilham
5.
verifikasi, yakni menguji dan menilai secara
kritis ilmu pengetahuan bisa diperoleh manusia :
A.
melalui kapasitas intelektualnya (akal), melalui
proses belajar
B.
melalui rasa, yakni melalui hati, melalui proses
olah rasa, olah batin
C.
anugrah langsung dari Tuhan, disebut ilmu
ladunni
Bagi manusia,
ilmu dimaksud untuk mengetahui kebenaran tentang realita. Dari berbagai metode
itu ternyata ukuran kebenaran tidak satu tapi bertingkat-tingkat , sebagai
berikut :
1.
kebenaran ilmiah
2.
kebenaran matematis
3.
kebenaran sosial
4.
kebenaran filosofi dan logic
5.
kebenaran sufistik
Menurut istilah
Al-Qur’an ada :
1.
‘ilm al yaqin
2.
‘ain al yaqin
3.
Haqqal al yaqin
Kebenaran ‘ilm
al yaqin dapat diuji dengan teori ilmiah, kebenaran ‘ain al yaqin dapat
dibuktikan dengan laboratoriun sedangkan haqq al yaqin hanya dapat dibuktikan
nanti di akhirat. Seorang filsuf dapat menerangkan kebenaran sedangkan seorang
sufi dapat merasakan kebenaran.
Kepada seorang
sufi, filsuf berkata : “saya dapat membayangkan apa yang Anda rasakan”.
Sebaliknya sang sufi menjawab : “saya dapat merasakan apa yang Anda bayangka”.
Itulah ruang lingkup ilmu manusia.
sumber : eramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar