GARA-GARA
ES CAMPUR
By : Fitria Listiarini
“Guys, gimana kalau
kita beli es campur,” kataku.
“Oke, gue haus banget,”
kata Lia.
“Hmm.. boleh, dimana?”
kata Ica.
“Dekat kok dari
kampus,” jawabku.
Kami bertiga
menyusuri jalan setapak di samping kampus. Bercanda ria sambil melihat
pemandangan. Udara panas tak terasa bagi kami. Ada saja hal yang kami
bicarakan. Mulai dari tugas kuliah yang menumpuk, dosen killer, teman sekelas
yang lagi cinlok, kegiatan organisasi dan cowok yang lagi ditaksir sehingga rasa
lelah tak terasa bagi kami.
Dari
kejauhan, rombong es pak Slamet mulai terlihat. Warna catnya sangat mencolok
yaitu warna kuning. Kami melihat beliau sudah dikerumuni fans-fansnya alias
pembelinya.
“Gila!!
Gimana kita terobos barisan serdadu yang super ketat?” kata Ica.
“Ya
amplop!!! Gue udah kehausan stadium lima,” kata Lia.
“Sabar
teman,” jawabku.
Di tengah hiruk pikuk itu, aku memikirkan
sebuah ide gila. Aku mengambil posisi dan sudut yang tepat untuk mempraktikkan
jurus terbaruku. Nama jurus ini adalah jurus mepet terobos. Dengan tubuhku yang
kurus dan mungil, jurus ini sempurna untuk dipraktikkan.
Srrrrrt!!!
Jreng.. jreng..
Lia dan Ica
terbengong-bengong sambil mangap super lebar. Kalau ada ikan pasti muat masuk
ke dalamnya.
“Kok bisa Tia, lho..
lho dapat tiga gelas es campur?” kata Ica.
“Ya sudahlah. Samber aja
Ca,” kata Lia ganas.
“Minum dulu gih. Ntar
gue certain,” kataku.
“Serius lho Ti. Ngomong
sambil minum, nanti bunyinya blebblebblebbleb,” kata Lia ngocol.
“Haha… ngocol abis lho.
Maksud gue pas es campurnya abis,” kataku.
Keganasan kedua
temanku, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mereka seperti berjalan
berhari-hari di tengah gurun dan menemukan sebuah oase yaitu es campur pak
Slamet.
Aku
pun menceritakan soal gerakan slow motion
jurus mepet terobos. Mereka
manggut-manggut seolah memaklumi sambil ngakak super lepas. Pas aku
menceritakan detik-detik hampir mendekati pak Slamet. Ada seorang cewek gendut
yang sulit diterobos dan akhirnya aku mengeluarkan jurus rahasia.
“Slurp..
slurp.”
“Yah,
ntaran minumnya Ti, apa jurus rahasia itu?” kata Lia penasaran.
“Hmm..
jurus rahasianya.. slurp slurp.”
“Ah..
apaan?” kata mereka berdua.
“Oh
sorry. Kalian penasaran, jurus
rahasianya. Jadi, jurus rahasianya adalah adalah adalah gue kasik dia permen,”
kataku polos.
“Haaaaaah…
kok bisa, becanda lho nggak asyik,” kata Lia geram.
“Serius
gue. Ternyata dia seekor eh seorang anak-anak. Awalnya gue kira dia seumuran
kita tapi ternyata badannya aja yang gede.”
“Ternyata
benar ya, es campur pak Slamet uenaak banget bukan sekedar gosip belaka,” kata
ica.
“Ya,
jadi kita nggak penasaran lagi, karena kita???”
“Petualang
kuliner!!” kata kami serempak.
Tampak
para pembeli lainnya memutar kepala mereka kira-kira 900 ada yang ke
kiri dan ke kanan. Namun, kami bertiga hanya cuek bebek.
Tibalah
detik-detik membayar. Aku mengeluarkan uang 5 ribuan dan menunggu Lia dan Ica
mengeluarkan uang. Ica sudah menyerahkannya kepadaku dan aku menunggu Lia
membongkar-bongkar dan mengaduk isi tasnya berkali-kali dan kelihatannya dia
panik. Ternyata oh ternyata dia lupa membawa dompet, maklum penyakit pikunnya
kambuh . Akhirnya kami berdua patungan membayar kekurangannya dengan
mengaduk-aduk isi tas dan menemukan beberapa uang receh. Hari ini seperti ada
pelangi yang selalu bersama kami yaitu arti sebuah persahabatan semanis es
campur penuh warna-warni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar