Samurai
eXpired
Di
sebuah kampung yang bernama “Karang Panas” tinggallah seorang gadis yang
bernama Fatimah. Ada yang unik pada perilaku gadis ini, ayo tebak pembaca
(he..he..). Fatimah selalu membawa sebuah kayu berukuran 1 meter berbentuk
seperti toya yang diberi nama “Shiro”. Maklum dia adalah otaku, ceritanya sewaktu masih SD sering
banget nonton anime samurai X.
Sampai-sampai perabaton di rumahnya banyak yang pecah gara-gara ditebas dengan shiro. Sebenarnya Fatimah pengen banget
punya katana beneran alias 100% asli
pedang yang terbuat dari campuran besi dan baja tetapi orang tua Fatimah was
was dengan keinginan putrinya yang aneh bin ajaib. Solusinya ortu Fatimah
akhirnya meminta sebuah tongkat toya
dari perguruan pencak silat dengan terlebih dahulu dibentuk sedemikian mirip
dengan katana. Dan pembaca yang budiman saat ini Fatimah sudah memasuki masa
remaja, kelas 1 SMA dengan tetap menggandeng sobat sejatinya yaitu shiro.
Siang
itu sehabis pulang sekolah dia kebagian dapat menjaga warung serba usaha ibunya.
Panas-panas seperti ini membuatnya tidak tahan untuk mencomot aneka gorengan di
depannya dan segelas sirop rasa jeruk.
“Ahh..,
segernya!!” (sambil meneguk si sirop yang hampir habis)
Dari
kejauhan tampak segerombolan anak kecil yang tengah menuju warungnya. Bocah-bocah
itu pasti mau ngutang lagi, hmm nggak akan gue biarin. Gumam Fatimah dalam
hati.
“Kak
beli permen satu sama pelecing-nya
dua ribu 3 bungkus?”,jawab bocah pertama.
“Kak
beli pecelnya tiga ribu 1 bungkus,”jawab bocah kedua.
“Oke
adek-adek yang manis,”jawab Fatimah
Setelah
itu Fatimah mulai mengulek bumbu pelecing
terlebih dahulu dan disusul bumbu pecel
dengan terlebih dahulu menambah beberapa cabe yang sebenarnya melebihi
takarannya. Sambil melirik dengan tatapan ala samurai ke bocak-bocah yang masih
polos dan lugu namun bagi Fatimah mereka adalah monster kecil yang siap
melakukan berbagai kejahilan.
“Ini
dek, totalnya yang ini 6 ribu dan yang ini 3 ribu,”sambil menunjuk (tak lupa
memasang senyum malaikat).
“Kak
Imah (sapaan sehari-hari), kita lupa bawa uangnya. Gimana kalo ngutang dulu,
besok-besok dibayar.”
“Besok-besoknya
berapa hari?”. Biar Kakak catet.
“Hmm,
(sambil memikirkan dan nengok ke atas) gimana ini sampai kapan kita
ngutang,”bisik ke salah satu temannya
“Iya..ya,
sampai kapan,”balik bertanya
“Kakak
tulis seminggu deh, habis kelamaan mikirnya”
“Tunggu
dulu kak, bibi Imah perasaan nggak pernah nyatet-nyatet deh. Kok tumben
sekarang kalo utang dicatat.”
“Hmm,
dasar bocah. Bibi Imah kelewat baik sama kalian dan menurut ilmu akuntansi yang
sedang kakak pelajarin hal sekecil apapun harus dicatat termasuk hutang. Dan menurut
Islam, hutang itu harus segera dibayar sebelum meninggal ntar kita masuk neraka
lho.”
Mereka
terbengong-bengong mendengarkan penjelasan Fatimah dan meleletkan lidahnya
terus ngeloyor pergi tanpa permisi. Dasar bocah tetapi lihat saja ntar he..he..
pasti mereka akan bolak-balik kamar mandi karena sakit perut (sambil memasang
muka licik yang dipenuhi awan hitam). Beberapa menit kemudian si Mama sudah
pulang dengan menenteng belanjaan yang cukup banyak untuk warung ditemenin si Bapak
dengan mobil buntut yang bunyi napasnya ngos-ngosan.
“Imah
bantu mama ini, bawa belanjaan kok malah bengong ngelihatnya,”kata mama
“Nah
kebetulan mama sudah datang, Imah mau latihan bareng shiro” (sambil berlari dengan jurus seribu bayangan)
“Eh..eh..ini
anak disuruh malah kabur, dasar Imah. Jangan latihan dalam rumah!!”
Di
tengah kebun amaq Amet, Imah dan shiro mengambil posisi bersemedi
terlebih dahulu sebelum latihan. Kemudian Fatimah berdiri memasang kuda-kuda
dan menggenggam shiro. Lalu mengambil
acang-acang, dengan pohon pisang sebagai korban eh maksudnya sebagai target.
“Ciaaat!!!!”
(dengan gerakan menebas posisi sebelah kiri melengkung 900)
“Braaak”
(si pohon pisang yang tidak berdosaa akhirnya tumbang)
“Ups
padahal cuma mau menggores sedikit. Berarti shiro,
kekuatan kita bertambah.”
Dari
kejauhan amaq Amet yang lagi
bersepeda ria dengan mimik kaget bercampur heran mendengar suara aneh dari
kebun miliknya. Tanpa basa kalbu maksudnya basa basi mengayuh sepedanya dengan
kecepatan diatas 60km/jam. Warga yang tengah melintas sontak mendadak melakukan
goyangan dangdud ke kiri dan ke kanan menghindari “si Kancil” (nama sepeda amaq Amat). Dan sampailah di TKP (Tempat
Kejadian Pembantaian).
“Oh
pohon pisang kesayanganku. Padahal tinggal seminggu lagi dikau berbuah.
Siapa...siapa??? yang melakukan ini padamu.” (dengan muka yang berkaca-kaca
meratapi nasib pohon pisang kesayangannya yang telah dibantai dengan sadis)
Fatimah
masih berdiri kaku meratapi nasib selanjutnya yang akan terjadi. Apa yang harus
gue lakukan??. Amaq Amat lagi bawa si
Kancil kalau gue kabur pasti dikejar dengan kecepatan extra, hmm kalau gue
lawan memakai shiro pasti kalah
soalnya amaq Amat lagi bawa goloknya.
Aha gue tau.
“Assalammualaikum
miq”
“Wa-waalaikum
salam” (masih dengan mimik sedih)
“Miq, coba deh lihat di atas pohon jambu
itu ada burung kutilang. Wah!! Warna bulunya bagus banget sayang kalo nggak
ditangkap buat koleksi Mamiq.”
“Mana
Fatimah??” (sambil celingak-celinguk melihat setiap detail ranting pohon jambu)
Yes
misi berhasil dan saat ini kesempatan gue untuk kabur. Ayo shiro kita kabur. Sambil mengendap-ngendap dengan suara langkah
yang mengikuti irama angin sepoi-sepoi. Fatimah mulai melancarkan jurus seribu
langkah bangau menuju rumahnya.
“Mana
nih Fatimah, burungnya ndeq
muncul-muncul?” (sambil menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok Fatimah yang
lenyap ditelan angin). “Fatimah!!!!!”. Sial aku kena tipu lagi, dasar bocah
gila. Awas kalau ketemu nggak akan aku beri ampun. Sambil melihat nasib pohon
pisangnya yang telah koma, amaq Amet
tetap mencoba untuk menanamnya kembali tapi sayang seribu sayang akarnya tidak
terlalu kuat untuk menopang kembali si pohon. Amaq Amet termenung sesaat meratapi nasib si pohon dengan
melantunkan sebuah syair dan doa yang tulus beliau mengubur pohon pisang itu dengan
taburan bunga di atasnya.
“Shiro akhirnya kita selamat. Nah
sekarang kita back go ke rumah.”
Dalam
perjalanan pulang Fatimah berpapasan dengan dua sohib kentalnya yang dari zaman
TK sampai SMA nggak ganti-ganti, maklum sudah mendarah daging lengketnya.
“Imah
mau kemana lho, kok napasnya ngos-ngosan gitu kayak dikejar tanse eh maksudnya
setan,”tanya Mira
“Eh
lho berdua, gue mau pulang. Mumpung kita ketemu gue pinjam dong catatan fisika
dan kimia soalnya he.. gue belum sempat nyatet.”
“Ck..ck..sudah
gue duga lho bakalan ngomong kayak gitu siapa suruh setiap pelajaran fisika dan kimia lho
molor,”kata Siska
“Wah
Sis keren lho bisa nebak isi pikiran gue. Gue aja yang sudah bersemedi dengan shiro selama 7 tahun 7 bulan belum
sampai ilmunya.”
“Hello Imah!!, jangan lebay. Gue itu udah tempe eh tahu
kebiasaan lho.”
“Ho..ho..(tertawa
ala bangsawan). Pada mau ke rumah Mira kan?”, nah gue ikut sekalian minjem
catatan.
Di
rumah Mira, Fatimah bukannya langsung ke kamar Mira untuk minjem catatan malah
bertarung ala samurai dengan adeknya Mira yang bernama Rian. Fatimah
mengeluarkan jurus yang agak ringan maklum lawanya anak kecil. Setelah dirasa
cukup menguras tenaga petarungan pun dihentikan berhubung mama Mira yang agak
was was perabotannya bakal pecah.
“Kak
bisa minta tolong ambilkan layang-layang yang ngangkut di atas pohon durian?”
“Hah..
pohon durian, ngerjain gue lho Rian. Oke no
problem dengan bantuan shiro
semua beres.”
“Selamat
berjuang Kak.”
Fatimah
mengucap doa dari lubuk hati yang paling terdalam agar buah durian tidak jatuh
menimpanya. Tinggal sedikit lagi shiro
menyentuh benang layangan itu dan detik berikutnya layangan sudah ditangan
Fatimah. Namun tanpa sengaja shiro menyenggol
buah durian di sampingnya dan kontan buah durian itu melakukan goyang kiri dan kanan sebelum
jatuh sesuai hukum grativasi. Fatimah yang sadar di bawah sana ada adeknya Mira
yang masih bengong menunggu layangan akhirnya berusaha melakukan gerakan
penyelamatan menjangkau sang durian yang tinggal semeter lagi menyentuh tanah
tapi sayang sang durian telah sukses mendarat dengan bunyi yang cukup keras dan
diselingi suara “Ciaaap”.
Mati
deh gue. Kira-kira apaan yang bunyi “Ciaaap”, kalau suara Rian nggak mungkin
kayak gitu. Berarti itu suara apaan?. Dengan hati yang dag dig dug, Fatimah
memberanikan diri melihat ke bawah dan seonggok makhluk yang tidak bisa
dipaparkan kondisinya telah berpulang ke rahmatullah dengan beberapa orang yang
menatap heran dan terkejut. Yap itulah sang ayam jago kebanggaan abah Mira yang
tewas tertimpa durian. Fatimah mulai terserang nervous dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya, tanpa permisi
dulu kepada tuan rumah sambil memberi kode kepada Rian agar tidak ribut Fatimah
kabur dan tidak lupa membawa buku catatan Mira yang tergeletak di meja ruang
tamu. Sambil berlari Fatimah sempat melihat ke belakang dan menyesal telah
membunuh ayam yang tak berdosa itu. Ayam jago itu sebenarnya lagi pedekate
dengan ayam betina tetangga sebelah tetapi nasib cintanya harus terkubur
sebelum berkembang. Fatimah kemudian menundukkan kepalanya dan berdoa semoga
arwah dan amal ibadah sang ayam jago diterima disisinya. “Amin”.
Akhinya
sampailah Fatimah di rumah. Dia langsung masuk kamar dan menguncinya dengan
gembok super gede berharap tidak ada yang mampu mendobraknya. Sang mama yang
mendengar anak gadis semata wayangnya pulang langsung menuju kamarnya dengan
muka kesal campur asam.
“Imah!!!”.
Buka pintunya mama mau ngomong ini soal beberapa pelanggan warung mama yang
komplain.
“Aduh
Ma, Imah mau belajar ini. Besok saja ngebahasnya.”
Kemudian
untuk meredam amarah mamanya, Fatimah mulai menyetel musik laruku keras-keras sampai suara mamanya hilang ditelan dunia lain.
Di meja belajar dia tengah menyusun staretegi untuk meloloskan diri dari
kejaran amaq Amat, Mira dan pelanggan warung mamanya. Strateginya
bermacam-macam, mulai dari memasang jebakan dan perangkap anti bocor, melatih
jurus seribu bayangan menjadi sepuluh ribu bayangan juga terobosan baru Fatimah
beradaptasi dengan lingkungan, warna, cuaca di sekitarnya (seperti kamuflase
bunglon). Hmm sepertinya besok akan
menjadi hari yang melelahkan bagi Fatimah.
“Ma,
Imah berangkat dulu. Assalammualaikum.”
“Waalaikum
salam. Hati-hati. Hmm Imah, mama hanya mohon satu hal kepadamu.
(Jreng..jreng..) Berubahlah menjadi dewasa. Soal ayam jago abah Mira sudah mama
ganti rugi, syukurlah ayamnya cuma gegar otak ringan plus amnesia dan sudah
dibawa ke puskesmah terdekat.”
Jantung
Fatimah hampir saja mau copot dan keluar dari raganya tetapi untung saja dia
langsung menangkap dan memasukkannya ke dalam. Bagai ditembak busur tepat ke
hatinya, Fatimah merenungkan kata-kata mamanya yang tidak pernah disangka
bakalan keluar dari mulut mamanya langsung bukan soal ayam jago lho. Selama ini
mama dan bapaknya tidak pernah mengeluh soal kelakuannya yang rada unik dan
bikin gemesin plus ngeselin warga sekitar akibat ulahnya bersama shiro tetapi justru yang keluar berupa
nasehat bijak yang tidak pernah mau didengar Fatimah.
Di kelas Fatimah seperti
kehilangan separuh jiwanya, bengong nggak jelas, disapa sama temannya malah
bilang “selamat malam”. Belum lagi kedua temannya Mira dan Siska yang bingung
soal perubahan sikap sohibnya yang 3600 miring ke kiri.
“Imah..Imah..(sambil
mengguncangkan bahunya),”panggil Siska
“Imah!!”
(teriak ditelinga Fatimah). Soal ayam jago abah gue lho nggak usah khawatir,
sudah gue maafkan. Lagian masak cuma gara-gara ayam persahabatan kita goyang eh
goyah,”kata Mira
Fatimah
yang sedang asyik bengong dengan mulut menganga kurang lebih 10cm, menatap lurus ke depan tanpa berkedip
hanya merespons dengan ucapan “selamat malam” kadang-kadang berubah menjadi “good night”.
Saking
kesalnya, Mira dan Siska akhirnya mengeluarkan jurus pamungkas turunan nenek
moyangnya generasi ke sembilan plus cucunya yang ke sepuluh.
“Eh
lihat deh Sis, ada cowok cakep mirip artis korea,”kata Mira
“Mana..mana..,
(sambil melongokkan kepalanya ke jendela). Oh iya, cakepnya!!!”
Fatimah
yang mendengar kata “cowok cakep” mendapatkan suntikan energi sebesar 100%
tanpa diskon.
“Co-cowok cakep, mana??”,sambil
celingak-celinguk di dekat jendela kelas.
Sesosok makluk kawaii yang belum dapat diidentifikasi
sedang melintasi koridor kelas. Angin sepoi meniup jilbab Fatimah (semua siswa
perempuan di sekolah ini wajib memakai jilbab,” bunyi peraturan kepala sekolah”
jreng), memberikan kesegaran sejenak di jiwanya yang tengah berduka disusul bunyi
petasan yang berbentuk bunga tergambar di sisi kiri dan kanannya dan ditambah lagi jantungnya yang
berdetak tidak beraturan (bagi yang bisa dengar suaranya mirip tebasan samurai
yang mengenai jantung Fatimah).
“Siska..Mira.., gue..gue.. sudah
kalah sebelum bertanding. Mister misterius telah menebas jantungku hingga
lukanya sangat dalam dan tak mampu lagi untuk diobati, hanya dia yang bisa
mengobatinya.”
“Eh Imah.. lho nggak salah minum
obat ya, kenapa omonganmu kesastra-sastraan?”,kata Siska
“Iya nih, pasti saking senangnya
dapat tugas bahasa Indonesia. Gue tahu karena nilai bahasa Indonesiamu dapat 90
kan?”tanya Mira
“Hello guys tapi benar sih omonganmu Mira. Maksud gue itu, siapa cowok
yang lagi jalan menuju kantin,”sambil nunjuk
“Hmm..(sambil menatap curiga ke
Fatimah), namanya Ilham anak kelas 3-C jurusan IPS. Tempat nongkrong mushola
sekolah sepertinya dia anak remus (remaja mushola),”kata Siska
“Ha..ha..ha.., Fatimah..Fatimah
nggak nyangka pada hari,jam,menit dan detik ini lho naksir cowok. Sambil
menunjuk ke wajah Fatimah seperti seorang yang bersalah. Sebelumnya saat ada
cowok yang naksir lho pasti dia mati kutu besoknya, gara-gara lho kerjain.
Kalau lho nggak ngerjain paling nantang duel, gue jadi inget sama anak kelas
3-D yang namanya Bimo atlet kempo. Sehabis lho duel sama dia dan ternyata
dianya kalah. Dan besok saat kalian berpapasan, dianya malah sembunyi di balik
pohon, mungkin dia ngeliat lho kayak ngelihat hantu kali, ha..ha..ha (sambil
menyeka air mata yang nggak berhenti keluar gara-gara ketawa),”canda Mira
“Emang
cerita gue lucu ya, ck..ck..salahnya dia sendiri kenapa kalah lawan gue padahal
cowok dasar lemot,”kata Fatimah
“Hmm..duhai
sahabatku (ketularan Fatimah) nggak gitu caranya kali plus tambah kurang nolak cowok.
Nah sama Ilham sendiri gimana?”, apa lho mau memakai cara yang sama,”katta Mira
“Stop talking about me!!”. Untuk kasus
ini friends agak berbeda, tunggu aja
aksi selanjutnya Fatimah si samurai.”
Keesokan
harinya Fatimah mulai memasang aksi nguntit Ilham. Dengan berpakaian ala
detektif dia mulai mengikuti gerak-gerik Ilham, mulai dari ke perpustakaan,
kantin, ruang guru, lapangan basket, rumahnya, kecuali kamar mandi cowok. Ternyata
Ilham adalah sesosok pribadi yang unik di mata Fatimah, dia cowok yang alim
bayangin aja sholat di zuhur dan ashar di mushola sekolah. Biasanya pulang
sekolah jam 3, itu pun kebanyakan siswa malas kalau nongkrong di mushola buat
nungguin waktu ashar paling pulang ke rumah atau nggak nongkrong main PS (Play Station). Pergaulan Ilham
kebanyakan berteman dengan sesama jenis eh maksudnya ama teman-teman cowoknya
kalau dengan teman ceweknya, Ilham menjaga interaksinya tidak terlalu sering.
Hmm, benar-benar cowok alim dan cool.
Sepertinya bakalan susah kalau harus berkenalan dengan dia. Aha aku masuk remus
aja tanpa ketahuan Mira sama Siska.
Setelah mendatangi markas remus dan
mengisi formulir pendaftaran, Fatimah resmi menjadi anggota remus. Dan ternyata
Fatimah sempat kaget dengan berbagai kegiatan remus, dia pikir ikut remus itu
cuma diajarin ngaji dengar ceramah but
she is wrong. Dalam remus itu justru ada kajian yang menarik tentang
bagaimana kita bisa dekat dengan Allah swt dan dikemas dalam diskusi yang
menarik serta fresh dan fun.
Sehabis
pulang sekolah tanpa pamit kedua sahabatnya, Fatimah langsung berlari ke arah
mushola untuk berangkat menuju sebuah kampung untuk mengajar sekaligus
membagikan bantuan berupa uang, sembako dan buku-buku pelajaran. Awalnya
teman-temannya sempat heran terhadap shiro
yang selalu dibawa sama Fatimah tetapi dengan alasan yang sok bijak Fatimah
mengklarifikasi bahwa shiro adalah
temannya sekaligus alat untuk melindungi dirinya.
“Fatimah,
ayo kita ajar bocah-bocah kecil itu ngaji. Lihat mereka lucu-lucu dan
manis-manis,”sapa Intan
“Hmm..iya”
(mudahan mereka bukan monster kecil yang jahil)
Sejauh
ini kegiatan baksos (bakti sosial) berjalan lancar dan saatnya bersiap-siap
untuk berpamitan kepada warga. Fatimah hanya bisa memandang Ilham dari kejauhan
seperti pungguk merindukan punggung. Setelah mereka keluar dari gang ada
beberapa pemuda yang menghalangi jalan mereka, pakaiannya seperti preman
jangan-jangan mereka preman kampung ini.
“Hey
kalian!!!”. Anak-anak sok alim, beraninya menginjakkan kaki di kampung kami
tanpa permisi,”kata preman bertato
“Assalammualaikum
mas-mas yang ganteng, kami ini dari remus SMA Tri Bangsa. Maksud kedatangan
kami baik menawarkan ngaji anak-anak di sini,”sapa Anton ketua remus.
“Haaah..ngajar
anak-anak ngaji. Cih kami nggak butuh yang begituan, kalian tahu apa yang kami
butuhkan???” Uang!!!”,jawab preman berambut gondrong dengan kasar.
“Sabar
Mas, segala sesuatu nggak bisa diukur dengan uang. Menurut agama Islam....
Tanpa
sempat meneruskan kata-katanya, Anton sudah dihadiahi sebuah bogem mentah tepat
dihidungnya yang membuat hidung super mancungnya menjadi penyet. “Sial gue
harus operasi plastik,”katanya polos. Tanpa dikomando perkelahian pun tak dapat
dihindarkan maklum gejolak jiwa muda. Fatimah bersama teman-teman ceweknya
sembunyi di pojokan. Sebenarnya Fatimah geregetan pengen mengeluarkan jurusnya
bersama shiro tetapi Ilham dan
beberapa kawannya menginstruksikan untuk melindungi mereka. Saat semuanya pada
sibuk berkelahi tiba-tiba seorang preman menerobos pertahanan Ilham dan
kawan-kawannya dan sontan para cewek teriak histeris.
“Tenang
teman-teman, Imah ada di sini bersama shiro
untuk membantu,”jawab Fatimah
“Bahaya
Imah ntar kamu terluka,”kata Susi
“Sudah
biasa eh maksud gue tenang aja”
Baiklah
lawan Fatimak kali ini adalah preman berkepala dua, maksudnya preman dengan dua
buah tongkat di kedua tangannya siap menghajar Fatimah.
“Hey
gadis manis, jangan cari-cari gara sama gue “Tami” (sambil menepuk dadanya yang
kerempeng dengan bangga).
“Ha..ha..nama
lho aja nggak serem, jangan becanda deh lho. Siap-siap aja lho dihajar sama shiro”
Pletak,
buuk, buuz, prang, traaang. Begitulah suara pertarungan yang tengah terjadi
dipenuhi konser musik berbagai barang. Fatimah sudah melumpuhkan si krempang
dan berikutnya datang preman yang agak berisi lemak. Dengan jurus memutar dan
ditambah dengan loncat kodok, tebasan shiro
tepat mengenai ulu hatinya tetapi sayang ditengah pertarungan sang legenda
telah terbelah menjadi dua bagian. “Oh shiro,
malangnya nasibmu”. Dan pertarungan belum berakhir sampai di situ tiba-tiba
dari arah berlawanan datang seorang preman lagi dengan gerakan yang lincah
mendekap tubuh Fatimah agar tidak bisa begerak. Gerakan Fatimah terkunci tetapi
jangan panggil Fatimah kalau tidak bisa lepas dari cengkraman sang preman.
Fatimah melakukan gerakan menendang ke belakang tepat mengenai alat vitalnya
kemudian mengeluakan jurus rahasia dan pamungkasnya yaitu shuriken. Akhirnya pertarungan dimenangkan oleh pihak remus dengan
luka-luka cukup ringan, sementara Anton masih memegang hidungnya yang belum
mengembang. Sementara dari pihak preman telah meminta maaf dengan ditemani
aparat desa setempat sedangkan Fatimah masih dipojokan meratapi nasib shiro yang telah meninggalkannya tanpa
berkata sepatah kata pun padahal Ilham sempat memuji terhadap tindakan
heroiknya.
Sampai
di rumah, Fatimah mengunci diri dikamar dan merenungi peristiwa yang barusan
saja terjadi sampai dia kehilangan sobat kentalnya. Setelah menimbang,
merenungi dan mengikhlaskan kepergian shiro,
dia membuat sebuah kotak kayu sebagai tempat peristirahatan terakhir shiro dan berjanji tidak menjahili warga
sekitar kampungnya, membahagiakan kedua orang tuanya, berbuat kebaikan terhadap
sesama, mengejar cinta Ilham dengan sabar juga terakhir dia akan pensiun dari
perguruan samurai tetapi tetap menolong kaum yang lemah dengan sewajarnya.
Keterangan :
Ø Toya : tongkat
panjang yang biasa digunakan pada pencak silat
Ø Shiro : putih
Ø Otaku : fanatik yang
berlebihan terhadap anime, style, band yang berbau jepang
Ø Pelecing : makanan khas
lombok yang super pedas
Ø Amaq : bapak
Ø Miq/Mamiq : sebutan hormat
untuk bapak-bapak yang sudah haji
Ø Ndeq : tidak
Ø Laruku : band jepang
Ø Kawaii : imut, manis
Ø Shuriken : senjata rahasia
ninja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar