Senin, 28 Januari 2013

Globalisasi Kebudayaan Lombok


Kebudayaan adalah sebuah warisan dari nenek moyang terdahulu. Suatu kebudayaan local tetap ada pada masa tertentu selama kebudayaan itu tetap dijaga, dilestarikan, dilaksanakan dan dipertahankan oleh masyarakat setempat. Pada daerah tempat tinggalku kebudayaan Lombok tetap terjaga karena suku yang mendiaminya yaitu suku Sasak masih ada sampai sekarang dan tetap menjaga kelestarian dan nilai original dari sebuah kebudayaan. Kebudayaan suku Sasak beraneka ragam mulai dari upacara keagamaan, tarian tradisional, masakan serta adat istiadat lainnya.
                Pada tahun 2013 pemerintah setempat memiliki program visit Lombok-Sumbawa 2013 sebagai suatu ajang untuk meningkatkan sector pariwisata. Sebagian dari kita pasti mengetahui yang menjadi daya tarik negara Indonesia adalah pulau Bali sebagai salah satu tujuan utama para wisatawan dunia. Dengan adanya program pemerintah tersebut diharapkan jumlah wisatawan asing dan local bertambah dari tahun sebelumnya sehingga akan menumbuhkan sector pariwisata perlahan demi perlahan yang merembes juga pada peningkatan sector ekonomi.
                Namun aku melihat ada yang berbeda dari peningkatan jumlah wisatawan terutama wisatawan asing yang berkunjung ke pulau Lombok. Memang, pulau Lombok memiliki daya tarik dari objek wisatanya berupa pantai. Sebut saja pantai Sengigi, Kuta, Tanjung An, dll. Aku melihat adanya sebuah globalisasi dari kebudayaan Lombok karena wisatawan asing yang berkunjung dan sebagian menetap selama jangka waktu tertentu telah membuat nilai original dari kebudayaan Lombok mulai terkikis. Aku menilai ada beberapa hal negative yang dibawa dari mereka terutama perbedaan antara budaya barat dan timur. Ada beberapa hal yang bisa ditoleransi dan ada beberapa yang perlu dibuatkan sebuah peraturan yang tegas agar mereka bisa memaklumi kebudayaan tempat mereka berpijak walaupun mereka tidak menetap.
                Kadang ada beberapa masyarakat yang justru fine-fine saja dan tidak merasa terlalu peduli dengan kebudayaan yang mereka bawa. Namun, jika sudah melunturi kebudayaan asli masyarakat suku Sasak, apa mereka masih tidak peduli??. Budaya ramah dan bersahabat menjadi cirri khas masyarakat Indonesia dimanapun mereka berada sehingga para wisatawan asing merasa welcome jika berkunjung. Aku hanya melihat suatu pemandangan yang sebagian besar membuat hatiku agak terkejut. Di sekitar lingkungan pantai Kuta di Lombok Tengah banyak wisatawan asing berkeliaran, mereka seperti sudah terbiasa dan mempunyai kedekatan khusus dengan masyarakat local. Ada yang sudah bisa berbahasa Indonesia walaupun masih terbata-bata dan ada juga yang sedikit-dikit menirukan bahasa Sasak. Aku sempat terheran-heran karena masyarakat setempat sudah mengenal nama mereka karena mungkin sering berbelanja di tempat mereka. Tidak hanya itu, mereka sudah terbiasa dengan masakan Indonesia terutama masakan khas Lombok. Hanya ada satu yang mengganjal di hatiku, soal pakaian mereka yang lalu lalang di jalan raya. Sah-sah saja kalau mereka berpakaian renang di pantai tetapi kalau sudah keluar pantai aku mengharapkan pemerintah membuat sebuah peraturan yang tegas agar mereka berpakaian sopan yang semestinya tanpa membuat mereka merasa terintervensi. Pulau Lombok merupakan kepunyaan suku Sasak, jangan sampai kita merasa asing di tanah kelahiran kita.