Senin, 31 Maret 2014

PERGESERAN BUDAYA LOKAL
By : Zefita
Budaya dalam arti yang luas bisa menjadi sebuah tata nilai, adat istiadat dan kebiasaan yang melekat pada prinsip dan kepribadian seseorang. Budaya bisa membentuk kepribadian dan karakteristik seseorang menjadi baik atau buruk. Saat ini budaya lokal mulai tergeser oleh budaya Barat yang mulai masuk dan mempengaruhi perilaku para remaja di Indonesia. Budaya Barat ini masuk melalui akses internet, television dan perkembangan mode atau tren.
Budaya Barat dulu hanya terlihat pada masyarakat perkotaan yang dapat dengan mudah mengakses internet tapi kini aku melihat masyarakat pedesaan di pedalaman mulai mengenal budaya Barat. Budaya Barat yang aku maksud adalah dari segi pakaian yang serba mini, perilaku yang bebas dan sudah mulai mengabaikan nilai moral dan agama. Sungguh memprihatinkan memang tetapi ini kenyataan yang aku lihat pada remaja sekarang. Saat jiwa muda mereka menggebu mereka tidak tau harus menyalurkannya kemana, akhirnya mereka mulai coba-coba. Mencoba free sex, mengakses situs porno, balapan liar, berdandan dengan sexy untuk menarik perhatian cowok yang mereka sukai, memamerkan aurat yang seharusnya tertutup dan masih banyak lagi. Istilah “gaul” dalam dunia anak muda menjadi sebuah momen yang harus dipatuhi jika tidak mengikuti tren maka akan disebut “kuper”. Gaul boleh-boleh saja asal pada tempatnya dan tidak berlebih-lebihan.
Dulu sewaktu aku kecil aku mengunjungi desa kakekku. Orang-orang disana ramah, pakaiannya sopan dan tertutup. Aku melihat banyak santri yang pergi dan pulang mengaji dengan ceria, mendendangkan lantunan ayat suci Al-Qur’an, nasyid dan sholawat. Namun kini setelah aku dewasa, aku melihat gadis dan pemuda desa setempat jauh dari budaya tradisional yang mereka pegang teguh. Pakaian mereka serba modern, berwarna-warni yang membuat sakit mata, sexy, dandanan yang menor antara wajah dan leher warnanya sungguh kontras, naik motor kebut-kebutan, bahkan di masjid kadang terdengar lantunan suara dangdud, music house dan lagu Sasak yang seharusnya tidak disiarkan dengan mudahnya. Kemana ya kira-kira tokoh adat, agama serta pemuda-pemudi yang masih berpegang teguh pada prinsip Islam??.

Semoga saja para orang tua mulai lebih memperhartikan perkembangan anaknya yang mulai remaja dengan pendidikan agama dan moral. Semoga saja masyarakat dan remaja Lombok tidak terjerumus dengan pergaulan bebas. Di Negara Jepang, Cina serta Negara Asia lainnya yang dulu masih tabu dengan pergaulan bebas kini mereka sudah plural dan melegalkannya. Di Indonesia khususnya di Jawa sudah banyak survey dilakukan mengenai keperawanan para pelajar SMP dan SMA yang hasilnya sungguh mengejutkan. Banyak diantara mereka yang sudah melakukan sex pra nikah dengan pasangannya. Di Lombok, mudahan saja masih ada pemuda-pemudi yang terus berjuang membangun budaya Islam dan mengenalkannya kepada para remaja dan generasi selanjutnya agar mereka menyadari bahwa ada batasan dalam bergaul dan jangan sampai gampang terjerumus. Sekali lagi “gaul” boleh-boleh saja asal jangan berlebih-lebihan.

Jumat, 21 Maret 2014

renunganku

  • aku ingin hidup dan mati dalam pelukanmu ya Alloh
  • pilihan itu adalah sebuah konsekuensi
  • aku melihatmu beruban bersamaku di masa tua kita
  • hajar kecemasan itu dengan tekad yang kuat
  • sisi kebijaksanaan butuh waktu untuk memahaminya dan mengeluarkannya di saat yang tepat

Kamis, 13 Maret 2014

THE WALL OF LIFE

 THE WALL OF LIFE

            Di depan jalanan yang terjal itu, ada satu jalan lurus yang dibangun oleh tembok-tembok yang tinggi. Seorang anak manusia harus memilih dua jalan yang diberikan, apa itu jalan lurus atau jalan yang terjal.
            Sisi kota yang diterangi oleh beberapa lampu jalan menambah gemerlapnya kota kecil itu. Tampak gerombolan muda-mudi berjalan beriringan menyusuri jalan setapak kota kecil itu.
            “Nay, makan apa lagi ni gue masih lapar???,” sergah Kei.
            “Iya ni say, gue masih pengen nambah lumpia lagi ni abis enak banget sih,” sapa Mita.
            “Kalian ini tu perut udah berapa lipet tuh ntar tambah gendut lho,” bantah Nay.
            “Gpp mumpung hari ni hari terakhir kita melepas masa SMA and tomorrow must prefare to go university,” kata Nay.
            Mereka pun menyusuri stan-stan makanan di sudut kota itu sambil bercanda ria malam yang semakin larut dan tentu memaksa mereka untuk bergegas pulang meninggalkan pekatnya malam.
            Mentari pagi mulai memasuki celah-celah kamar Nay, memaksa untuk  segera membangunkannya dari tidur yang melelahkan dan bersiap-siap untuk berangkat ke tempat barunya.  This day is very important like a new paper in my life who change a more better than tomorrow.
            Tak terasa perjalanan yang lumayan panjang itu berakhir, di depan gerbang kampus barunya berdiri dua orang berpakaian jas biru muda yang nangkring dengan tegaknya seperti satpam.
            Dengan langkah yang berat tapi pasti Nay mulai berjalan menuju krumunan orang-orang yang tengah di OSPEK dan tidak lupa bersalaman dengan babenya sebelum digojlok. Dengan kepala yang celinguk-celinguk Nay berlari karena tu satpam yang jaga udah nyuruh bergegas and mau nggak mau mesti nurutin perintah senior. And then dengan lari-lari kecil kayak film kuch kuch hota hei  akhirnya nemu juga temen sekelompoknya.
            “Sorry kak telat,” sapa Nay.
            “Telat ya, sit-up 10 kali,” teriak senior yang gondrong kayak preman.
            Dalam hati Nay mengumpat baru aja nyampe sudah disuruh olahraga, nih orang kalo bukan orang ups salah emang orang udah gue tonjok ampe benjol sekalian biar tahu rasa. Alhasih Nay pun dengan terpaksa melakukannya takut kalo hukumannya ditambah lagi and nutut aja deh biar nggak kena masalah. Dan sodara-sodara kejadian OSPEK udah pasti dapat ditebak dari awal sampai akhir perpeloncoan yang disuruh bawa yang aneh-aneh bin langka but walaupun begitu disana mereka dapat diajarkan proses sosialisasi dan membangun metode komunikasi yang baik.
            Dan saat-saat seperti ini Nay berharap bisa ketemu dengan dua sohib kentalnya Mita dan Kei but they are in other place and menjalani kehidupannya dan pilihannya masing-masing tapi bagi Nay dua sohibnya punya tempat tersendiri di hatinya, ibarat sebuah pintu yang kuncinya dipegang oleh Nay and setiap dia rindu dia bisa membuka kedua pintu dengan kunci yang ia pegang.
            “Hey, elo yang ngelamun pake topi badut jangan dilepas-lepas,”gertak senior gondrong.
            “Iya kak, maaf”
            Tak terasa ospekmu mulai berakhir dan semua mulai melakukan persiapan buat pulang dan menyongsong hari esok yang lebih cerah.
            “Assalammualaikum, dek ini ada undangan buat kajian di masjid harap datang ya dijamin seru selain kita belajar agama Islam juga ada game-game seru yang menarik,” sapa seorang cewer berjilbab besar.
            “Insya Allah mbak, mbak nama-nya sapa kalo boleh saya tau?,”tanya Nay
            “Mbak Shinta, ayo dek mbak pergi dulu mau cepat ni.
            “Iya”
            Tak terasa hari berganti hari, waktu pun  ikut silih berganti. Ospek yang berlangsung selama tiga hari tersebut akhirnya berakhir juga dan Nay mulai beres-beres semua keperluan kuliahnya untuk memasuki tahun ajaran baru dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhin.
            Nay memandangi sekeliling gedung yang bercat biru dengan mata penuh harapan dan dia melirik arloji di tangannya. Saat itu dia langsung bergegas masuk ke kelas yang telah ditentukan sebelumnya.
            Di dalam kelas itu tampak hiruk-pikuk mahasiswa-mahasiswa dengan berbagai style pakaian yang unik yang memaksa Nay memandangi mereka satu-persatu.
            Hey, cewek berjilbab boleh kenalan (sambil mengulurkan tangannya) sapa seorang cowok yang berpakaian rapi mirip pakaian artis cowok yang ada di sinetron drama-drama Asia.
            Nay yang tengah kebingungan mencari bangku yang masih kosong dikejutkan oleh suara lembut seorang cowok (Nay pikir cewek lho) and dengan muka yang masih terkejut Nay mengulurkan tangan.
            “Nama saya Nay”
            Oh, kalo saya Rei
            “Nay ke sini ada bangku kosong,” ajak Rei
            Hey Rei, what’s up bro ?,” sapa seorang cowok yang berpakaian seperti cowok dengan celana panjang model besar dengan dipenuhi berbagai kantong.
            Hey Zie!! lama nggak ketemu, kemana aja lho ngilang nggak bilang-bilang apa masih sakit ditinggalin Ramon,”ejek Rei.
            Dalam hitungan beberapa detik sebuah bogem mentah mendarat di pundak Rei dan kontan Rei menahan sakit sambil mundur beberapa langkah. Tampak Nay terbengong-bengong menyaksikan pemandangan yang langka (pemukulan yang dilakukan oleh seorang cewek terhadap seorang cowok yang lemah lembut). Setelah itu Nay mulai membayangkan cerita Cinderella yang jadi Cinderella Rei dan yang jadi ibu tirinya Zie pasti seru karena Cinderellanya babak belur.
            “Ampun Zie (sambil memasang muka memelas), lho nggak berubah dari dulu suka maen kasar jangan mentang-mentang ikut kempo lantas dipraktikkan ke gue sakit tau!!!”.
             “Sakit ya Rei, ups sorry habis lho yang mancing duluan gue mau lupaian cowok brengsek itu eh lho buka luka lama gue. Ya udahlah itung-itung olahraga he he.
            Tiba-tiba dari kejauhan mulai terlihat sosok dosen dengan membawa tas laptop dan beberapa buku di tangannya dan beberapa mahasiswa yang masih nongkrong dengan langkah yang tergesa-gesa mulai memasuki kelas. Suasana kelas pun menjadi sunyi-senyap yang terdengar hanya suara lantang dosen dengan papan yang berdencit.
            Tak terasa jam pertama berakhir dan memaksa para mahasiswa untuk rehat sejenak dan tak terkecuali 3 orang manusia yang mulai bercerita satu sama lain tentang kehidupannya masing-masing. Dan alangkah terkejutnya Nay saat Zie menceritakan kehidupan pribadinya yang jauh berbeda dengan kehidupan yang sedang dijalaninya saat ini. Dan Nay dengan tatapan lembut bersama Rei (sorry baru inget ada tokoh Rei) mendengar dengan saksama setiap cerita yang diutarakan Zie.
            “Oh ya, nama lho Nay kan? Kapan kenal ama Rei?. Akhirnya temen gue sudah sembuh. Tahu nggak Nay ! Rei ini dari SD udah nyomblo sampai sekarang lho bisa bayangin menderitanya Rei nggak punya seorang cewek tapi asal lho tau Nay dia ni girly banget. Bayangin hobinya masak, maen piano and  ngejahit gitu and satu lagi sifat yang nyabelin dari Rei ni yaitu jeng.. jeng.. “lemot”.
            “Stop Nay!!, lho itu dari dulu nggak puas-puasnya jelek-jelekkin gue. Sudahlah Nay jangan dengerin omongan yang nggak penting dari miss perfect biasa dia ni temen SD gue makanya tau segala kejelekan gue and gue ama Nay sobatan, Iya kan Nay?? (sambil menepuk punggung Nay).
            “I..Iya Rei”.
            Akhirnya hari pertama kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan psikologi berakhir juga dengan merapikan beberapa buku yang masih berantakan di bangkunya, Nay mulai melangkahkan kaki (yang pasti dua kakinya) menuju parkiran motor yang telah menantinya.
            “Nay bareng gue yuk kebetulan lagi bawa mobil ini, ama Zie juga kita mau jalan-jalan,” sapa Rei.
            “Seru tu kayaknya tapi sorry saya mau langsung pulang ada beberapa hal yang harus dikerjakan”
            “Wah dasar mahasiswa sok sibuk iya deh non met sibuk-sibuk”
            Sesampainya di rumah Nay melepaskan kepenatannya setelah seharian bergelut dengan aktivitas kampus yang mulai memeras badan dan otaknya. Iya mengambil sebuah novel dari rak bukunya dan mulai membacanya hingga matanya terkantuk-katuk dan akhirnya tertidur dengan pulas.
            Terdengar lantunan ringtone Simple Plan yang berjudul welcome to my life dan semakin lama semakin keras. Dan dengan terpaksa membangunkan tidur panjang Nay. Dengan mata masih dikucek-kucek Nay mulai mencari handponenya dan melihat penelpon yang telah membangunkan tidur pulasnya.
            “Asslammualaikum Nay”!
            “Waalaikum slm, Oh Kei ternyata lho yang nelpon. Apa kabar?? Kangen Kei. I miss you so much”!!
            “Iya bu Nay sama, gimana nih rasanya kuliah di universitas Gajah Mada jurusan Psikologi terus temen-temenmu udah nemu belum”?
            “Barang kali nemu, iya Nay seru apalagi pas saya Ospek wah kena marah ama kakak gondrong yang nggak jelas. Abis itu Kei saya ketemu ama temen-temen baru lumayan gokil (sambil tertawa) namanya Rei an Zie. Tapi Nay gue sempat kaget pas Zie certain kehidupan pribadinya jauh beda banget ama kita-kita. Coba lho bayangin Kei, ternyata Zie pernah memakai narkoba sejenis ganja, terlibat bentrok sesama anak geng motor and  suka mabuk-mabukkan bareng ama temen-temen geng motornya. Kei (sambil menarik nafas karena ngos-ngosan cerita) parahnya lagi kehidupannya yang tadi gue udah ceritain dimulai sejak dia SMA”.
            “Stop Nay! Lho istirahat aja dulu. Dari dulu nggak berubah kalo ngomong nggak pake koma, tu napas mau abis lagi (sambil tertawa ngakak). Terus Nay gimana tanggapan orang tuanya and napa dia percaya ama lho buat cerita?
            “Yang gue tangkap dari ceritanya, orang seperti Zie mempunyai karekter nggak bisa ditekan, bebas tanpa batasan yang mengikat. Kalo diibaratkan misalnya ada tembok yang kokoh berdiri menghalangi jalannya dia akan menabraknya sampai hancur walaupun melukainya diri sendiri. Masalah orang tuanya gue nggak berani nanya terlalu jauh dia cuma nyeritain dikit kalo orang tuanya berkerja diluar kota dan hanya pulang sekali sebulan”.
            “Oh..oh..oh begitu dasar peramal oke dah Nay, gue ngantuk ni pengen tidur, kapan-kapan ta telpon lagi, see you
            “Wait Kei, giliran lho kapan ceritanya??
            “Harus sekarang ya say, gue ngantuk berat ni… … …zzzzzzzzzzzzzz”
            “Kei..Kei..Kei yah dia tidur lagi, ya udah wassalam Kei”
            Pagi-pagi sekali Nay udah berangkat ke kampus tercintanya tapi yang dia temui dikelas cuma Rei. Maklum aja pagi gini ada ujian yang mesti belajat extra.
            “Rei mana Zie?? Kok dari tadi gue nggak liat,” sapa Nay
            “Nggak tau Nay tapi ada sesuatu yang gawat terjadi ama Zie ntar gue ceritaain abis ujian ni”
            Suasana pun hening setelah lembaran soal dibagiin. Nay termenung sejenak, perasaannya mulai tidak enak setelah Rei memberitahukan keadaan Zie. Walaupun mereka baru bertemu dan belum begitu kenal satu sama lain tapi di hati mereka bertiga ada perasaan saudara yang tidak mampu diungkapkan hanya mampu dirasakan.
            “Nay, gue tunggu di depan taman (sambil berbisik),”sapa Rei
            Kontan Nay terkejut dan mulai serius mengerjakan soal-soal yang didepannya dan mempercepat menulis setiap jawaban yang ia ketahui.
            “Rei ada apa, kemana Zie??
            “Zie lagi ditawan ama salah satu geng motor di camp Skull Rock salah satu tempat ngumpul anak-anak geng motor itu”
            “Apa??!!, kalo gitu kita sekarang ke sana selamatin Zie. Rei lho punya ilmu bela diri kan?? Sekalian kita lapor polisi ini udah termasuk kasus pidana, jangan lupa kasik tau orang tuanya Zie”
            “Gila lho Nay, lho itu ngomongnya kayak polisi yang ketemu penjahat. Satu-satu dong bu mintanya!!, lagian kita nggak mungkin nelpon polisi Zie bisa masuk penjara juga karena dia salah satu anggota geng motor”
            “Temen-temennya sesama geng motor udah ngebantuin nggak??. Kita harus coba kerja sama dan cepat bergerak sebelum terjadi sesuatu ama Nay. Ya udah gini Rei lho bawa mobil kan anter gue ke camp geng motor Zie”
            “Oke lah Nay, up to you tapi satu hal yang perlu lho ketahui gue nggak punya ilmu beladiri”
            “No problem, bisa diatur”
            Dalam hati Nay nggak bakal nyangka kalo dia terlibat ama geng motor demi membantu temannya Zie tapi “bismillah” demi membela kebenaran. Dan mereka akhirnya pergi ke markas geng motor Nay yang bernama “Black”.
            Sesampainya di markas, Nay dan Rei mengutarakan maksud kedatangannya. Dan untung disambut baik oleh ketua geng motor Black  yang bernama “Bogel”. Bogel sempat pesimis apa Nay sanggup melawan geng motor Skull Rock melihat hanya seorang cewek yang memakai jilbab dan kelihatannya payah tapi dengan penuh keyakinan Nay membela diri dan berusaha meyakinkan Bogel yang akhirnya percaya. Setelah itu mereka berdiskusi panjang dan membahas berbagai rencana-rencana untuk menyelamatkan Zie. Nay mulai paham duduk permasalahannya yaitu Zie menang dalam balap motor antar geng motor tapi ketua geng motor Skull Rock tidak setuju karena Zie seorang cewek dan lebih membela anggota Skull Rock yang juara dua menjadi pemenang. Dan akhirnya timbullah bentrok antara Skull Rock dan Black. Dalam perseteruan itu Zie tiba-tiba menghilang dan salah satu saksi dar anggota Black melihat anggota Skull Rock menyeret Zie masuk ke dalam mobil.
            “Oke Nay, Rei kita bergerak sekarang sesuai rencana dan jangan bertindak gegabah kalian harus mengikuti semua aturan yang udah kita sepakati. Ada pertanyaan??!!,”tegas Bogel
            “Nggak serempak mereka menjawab!!”
            “Oke kita berangkat!!!”
            “Tunggu dulu, apa ada yang punya tongkat terserah dari kayu atau besi gue mau pinjem buat senjata??”
            “Oh, ada Nay di belakang pintu gudang itu ambil aja”
            “Rei ikut gue bentar, mau gue ajarin beberapa jurus dan jangan pernah berpikir latihan ini main-main tapi serius”
            “O-oke (dengan muka yang mulai pucat pasi)”
            Mereka akhirnya berangkat sambil membawa beberapa mobil dan motor. Dan satu aturan yang Nay suka dari geng motor ni mereka nggak pernah bawa senjata kemana pun mereka pergi kecuali beberapa benda tumpul untuk membela diri.
            Sesampainya di markas geng motor itu, Nay dan kawan-kawan menyelinap melalui pintu belakang, masing-masing berpencar sesuai dengan kesepakatan rencana beberapa ada yang ke samping kiri dan kanan untuk mencari lokasi penyekapan Zie. Nay dan Zie berusaha mencari ke samping kiri. Mereka menyusuri beberapa lorong gelap dan akhirnya menemukan sebuah pintu yang diterangi oleh cahaya.
            “Nay, apa sebaiknya kitamasuk??”
            “Jangan ntar kita ketahuan, gini aja kita telusuri setiap ruangan ini untuk mengetahui kkeadaan di dalam baru kita serbu”
            “Siap”
            Dari kejauhan terdengar derap-derap langkah kaki menuju ke tempat mereka. Mereka pun berusaha mencari tempat persembunyian yang dan orang-orang itu ternyata memasuki ruangan tersebut. Dan samar-samar mereka mendengar suara Zie yang merintih kesakitan.
            “Nay ke sini gue menemukan celah untuk mengintip mereka”
            Mereka pun mengintip dan mengamati setiap gerakan yang ada di dalam. Kira-kira jumlah orang yang ada di dalam sekitar 15 orang dan sebanding dengan jumlah Nay dan kawan-kawan. Tiba-tiba hp Nay bergetar dan ternyata sms dari Bogel yang menyuruh semua untuk bergerak masuk. Tapi Nay membalasnya agar yang masuk ke ruangan tersebut bertahap untuk menjaga berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Nay yang akan mengkomando dan bertanggungjawab di tahap kedua ini sambil jari-jarinya mengetik sms untuk meyakinkan Bogel.
            Akhirnya Bogel dan kawan-kawan masuk duluan dan pertarungan sengit tidak dapat dihindarkan. Satu dengan lainnya saling menghajar, semua senjata dieluarkan untuk membela diri. Dan beberapa ada yang terluka parah dan ringan. Nay memperhatikan setiap kondisi yang terjadi.
            Sepertinya prediksi Nay salah, di dalam ruangan ini ada ruangan lagi yang menampung banyak anggota Skull Rock yang tertidur dan tidak terhitung Nay. Terpaksa dia menjalankan rencana tambahannya.
            “Rei gue panggil beberapa temen gue yang udah nunggu di luar ya, prediksi gue ternyata salah jumlah mereka begitu banyak”
            “Temen lho dari mana?? Iya deh suruh masuk aja”
            “Nay gimana ni jumlah kita kurang banyak bisa-bisa kita kosong-kosong ni,”kata salah satu anggota Bogel”
            “Ada gue udah manggil temen-temen dari An-Nuur, aktivitis dakwah temen-temen seperjuangan gue” (sambil mengetik sms dengan kecepatan kilat)
            Akhirnya tanpa hitungan menit mereka pun datang dan dengan komando Nay akhirnya mereka menyerbu beberapa anggota Skull Rock yang masih tersisa dengan jurus-jurus bela diri yang sangat gesit dan cepat. Untung Nay waktu SMA udah belajar Perisai Diri (sejenis olahraga pencak silat). Satu persatu anggota Skull Rock tumbang tak tersisa.
            “Ukhti (saudara perempuan) siapa anggota kedua geng motor ana mau diskusi sekaligus tukar pikiran terhadap masalah mereka,”kata salah satu ustad.
            “Itu (sambil menunjuk Bogel) antum (kamu) tanyakan saja orang itu ana mau ke tempat Zie temen ana  yang terikat”
            Sambil berlalu, Nay menuju ke tempat Zie yang sudah lemah tak berdaya untuk membebaskannya.
            “Zie lho nggak apa-apa kan sepertinya lemes banget, ni gue ada sedikit roti buat lho”
            “Thank’s Nay gue nggak tau harus berkata apa. Gue seneng banget punya temen kayak lho dan Rei. Nay pipi lho berdarah terus kaki lho agak pincang ya, maafin gue Nay gue nggak bermaksud melibatkan lho dalam masalah gue”
            “Santai aja, bukankah kita temen. Zie bisa gue minta tolong??”
            “Apa aja buat lho”
            “Tolong panggilin Rei, gue nggak kuat jalan ampe luar badan gue udak lemes semua nggak bisa digerakkan and gue mau tidur dulu. Soal masalah lho ama geng motor gue serahin ama “orang bijaksana”. Insya Allah beliau bisa bantuin tapi gue tanya sekali lagi ama lho, beneran kan lho mau berhenti biar gue yakin dan ‘orang bijaksana’ itu yakin??”
            “I-iya Nay, thank’s atas semuanya (Nay pun terbaring di panggkuan Zie sambil tertidur pulas).
            Setelah diskusi yang belangsung sangat lama antara ustad (yang namanya masih dirasiakan), ketua geng motor Skull Rock dan ketua geng Black berjalan lancar dan tanpa perseteruan atau perkelahian yang menghasilkan keputusan damai antara kedua belah pihak dan saling menghormati hak-hak anggota geng motot lain dan adab-adab dan beberapa aturan yang telah disepakati.
            “Nay..nay bangun lho masih tidur ya??,”sapa Zie
            “Zie”
            Sambil mencoba membuka kedua matanya yang masih terpejam, Nay memandang sekeliling ruangan yang nampak mulai asing diingatannya.
            “Zie gue dimana??”
            “Lho di rumah gue, tenang aja Rei udah cerita kalo sampe orang tuamu tahu kejadian tadi siang bisa-bisa lho dihukum kan makanya gue udah izin ama ortu lho buat nginep di sini alasannya pembantu gue pulang dan nggak ada yangg nemenin gue plus ada kerja kelompok yang tugasnya dikumpulin besok. Sorry ya gue ngebohong”. Dan satu hal lagi luka-luka lho udah dirawat ama dokter pribadi keluarga gue jadi tenang aja, besok pasti udah sembuh”.
            “Thank’s, bisa minta tolong ambilin air minum gue haus”
            “Nggak bisa!!, seenak-enaknya lho nyuruh gue ha..ha..ha becanda lagi (sambi menyodorkan air minum). Nay gue mau nanya ‘orang bijaksana’ itu dimana lho kenal ama temen-temennya sampai Bogel ngizinin buat gue berhenti dari geng motor Black, sebenarnya untuk berhenti jadi anggota itu susahnya luar biasa tapi ‘orang bijaksana’ itu hebat banget ngomongnya sampe-sampe Bogel yang keras kepala itu bisa luluh dibuatnya”
            “Zie orang-orang bijaksana itu temen gue di kampus, gue emang nggak pernah cerita kalo ikut An-Nuur sejenis rohis. Di sana gue banyak ketemu temen-temen baru yang ramah dan memberikan jalan untuk lebih dekat dengan agama gue ‘Islam’. Sekali-sekali lho ikut kajian di mushola seru lho dan prinsip yang lho anut bakalan berubah”
            “Emang lho tau apa prinsip gue??”
            “Free (bebas) tanpa batasan, bener kan??”
            “Yes” (sambil memandang keluar jendela)
            “Zie, ini cuma saran dari salah satu saudaramu yang peduli ama lho bahwa kebebasan yang kamu miliki bukan untuk digunakan sesuai kehendakmu tapi kebebasan yang kamu miliki lho gunaain sebaik-baiknya dikontrol dan dipertanggungjawabkan kepada Allah swt. Cara  mengontrolnya adalah dengan iman yang lho miliki. Ibaratnya lho udah membangun tembok yang kokoh jangan sampai tembok yang lho bangun itu rusak atau nggak hancur dan tembok itu adalah iman yang gue sendiri belum bisa mengontrolnya dia bisa naik bahkan turun tergantung seberapa besar kita memperkaya diri dengan amalan dan kewajiban yang telah diperintahkan-Nya dan tentu di dalam membangun sebuah tembok yang kokoh kita perlu mengetahui batasan-batasan yang mengaturnya”.
            “Waw ada calon ustadzah, insya Allah gue bakal ikut kajian yang diadain An-Nuur. Satu hal lagi Nay sapa nama ‘orang bijaksana’ yang bantu ngeluarin gue dari geng motor he..he sapa tau dia jadi jodoh gue??”
            “Dasar (sambil menepuk bahu Zie), namanya Akh Rizki dan besok Zie ada kajian jam 9 pagi kita ikutan yuk seru temanya kalo nggak salah tentang ‘Motivasi Diri’. Di sana gue bakalan kenalin ama Mbak Shinta yang orang pertama gue kenal di An-Nuur orangya baik banget”
            “Nay ‘akh’ itu istilah apa, nama depannya ya??”
            “Bukan, ‘akh’ itu panggilan untuk saudara laki-laki ntar kalo lho masih bingung istilah-istilah yang bakalan lho temui di kajian tanya aja ama gue atau Mbak Shinta”
            “Oke”
            Keesokan paginya mereka berdua berangkat ke kampus bersama-sama dan langsung menuju ke mushola kampus untuk mengikuti kajian yang diadakan An-Nuur. Disana Zie agak risih karena dia sendiri yang nggak pake jilbab tapi Nay memberikan semangat juga Mbak Shinta untuk percaya bahwa semua teman-teman An-Nuur pasti mengerti. Dan alangkah terkejutnya Nay mendengar permintaan Zie yang ingin memakai jilbab. Dalam hati Nay mengucap syukur kepada Allah swt yang telah memberikan hidayah di pagi yang cerah ini. Dan semoga persahabatan mereka bertiga akan kekal abadi sampai ajal menjemput. Langit biru pun menjadi saksi perjuangan kehidupan mereka yang terus akan berlangsung dan dipenuhi dengan warna-warni yang menghiasi hati mereka. Dan tampak dari kejauhan Rei memanggil mereka untuk masuk ke kelas.

##THE END##

TERSESAT DI ZAMAN EDO

TERSESAT DI ZAMAN EDO

Sepuluh tahun telah berlalu namun kenangan bersama kakek masih membekas diingatanku. Kebetulan sepuluh tahun yang lalu aku sekeluarga masih tinggal di Tokyo. Saat aku menanyakan keberadaan kakek pada mamaku, ia hanya menjawab “Kakek telah menghilang”. Sepeninggal kakek, aku hanya mendapatkan selembar surat yang bertuliskan huruf kanji dan sebuah kotak kecil berwarna putih yang terkunci. Aku  percaya bahwa kakek masih hidup dan menunggu kedatanganku.
“Lily!!!, cepat keluar ada Mila datang,”teriak mama.
“Ya, sebentar lagi,”jawabku.
Aku membuka pintu garasi untuk mengeluarkan sepeda buntutku dan menyusul Mila yang sudah tancap gas setelah melihatku keluar dari pintu pagar.
“Lily cepetan! Ntar siang gue ada latihan teater,”katanya.
“Ya...ya.., ini gue udah kayuh dengan kecepatan maksimal”
Akhirnya kami berdua sukses tiba di perpustakaan dengan napas ngos-ngosan. Lalu bergegas masuk dan menuju ke bagian rak buku budaya jepang. Aku mulai membaca sebuah buku tetapi kosentrasiku sedikit terpecah karena melihat sosok bayangan aneh. Lalu aku penasaran mengikutinya dan saat aku berbalik, tiba-tiba dari arah belakang seseorang membekap mulutku dan mengayunkan katana ke arah leherku.
“Diam dan jangan berteriak. Aku akan memberikanmu sebuah kunci sebagai jalan menuju zaman Edo,”katanya.
“Za-zaman Edo?”,tanyaku.
“Aku adalah penjaga gerbang waktu. Aku mempunyai misi dari kakekmu untuk menyerahkan sebuah kunci”
Seketika ia melepaskan cengkramannya dan perlahan dengan langkah sigap telah berdiri dihadapanku. Kini aku tengah berhadapan dengan seeorang samurai, ia menatapku lurus tanpa berkedip. Perlahan dari balik yukata ia mengeluarkan sebuah kunci kecil, aku mendekat dan meraih kunci tersebut.
“Terimalah kunci ini, mana kotak kecil itu?”
“Haah, oh ya tunggu sebentar aku pergi mengambilnya”
“Bergegaslah, aku tidak punya banyak waktu”
“Oke”
Aku kembali ke tempat duduk sebelumnya dan meraih tasku. Sekilas aku melihat Mila tengah asyik membaca sebuah novel. Dalam hati, aku berharap semoga dia tidak melihatku. Kemudian aku bergegas menuju tempat sang samurai.
“Ini kotaknya”
“Baiklah, mana surat misi itu?”,tanya si samurai.
“Maksudmu..yang bertuliskan huruf kanji ini,”tanyaku.
“Hmm benar, baiklah pegang tanganku,”katanya.
“Eh.. iya, hmm tapi kalau boleh aku tahu siapa namamu dan berapa umurmu?”
“Kau.. , namaku Kai Nakajima dan kalau soal umur aku sebaya denganmu hanya berbeda dimensi waktu”
Kemudian Kai memasukkan kunci itu ke dalam kotak. Perlahan aku melihat seberkas cahaya yang menggumpal lalu menyebar ke setiap sudut perpustakaan dan kemudian mengelilingi tubuh kami berdua. Aku terus menggengam tangan Kai dengan kuat lalu perlahan tubuhku terasa ringan dan pandanganku terasa berat. Di sekelilingku hanya ada ruang kosong dengan warna yang berubah-ubah dengan sangat cepat. Tiba-tiba semua menjadi gelap.
Akhirnya aku berhasil membuka kedua mataku. Di sekelilingku hanya ada hutan, dari kejauhan aku mendengar sebuah pertarungan yang sengit. Aku bangkit dan berjalan lebih jauh lagi. Di sana ada Kai yang tengah bertarung, mereka sepertinya dari klan yang berbeda dilihat dari ikat kepala yang dipakai. Aku ingin membantu tetapi rasanya kemampuan bertarungku belum sampai ke level samurai.
Tiba-tiba aku melihat dari rimbunan pohon ada seorang pemanah yang akan melepaskan busurnya ke arah Kai tanpa berpikir panjang aku mencari sebuah batu. Ini kesempatan untuk menguji kemampuan meleparku.
“Baiklah, haaaap!!!”
Buuuk!!!
“Yes akhirnya tembakanku tepat sasaran”
Sambil tetap bersembunyi aku mengamati jalannya pertarungan dan pertarungan pun dimenangkan oleh klan berikat kepala biru yang sama dengan Kai. Kai lantas mengatakan sesuatu kepada temannya dan pergi menuju ke tempatku sebelumnya. Aku bergegas menyusulnya.
“Kai tunggu, aku di sini!!”,teriakku.
“Oh, kapan kau sadar?”,kata Kai.
“Cukup lama sampai aku menyaksikan pertarungan berdarah itu”
“Oh begitu, ayo kita pergi ke tempat temanku. Di sana nanti aku akan menjelaskan misimu”
Kami berjalan menyusuri hutan yang lebat tanpa tahu berapa lama lagi harus berjalan kaki. Aku sebenarnya sudah merasa lelah namun merasa gengsi harus beristirahat sementara dia tetap berjalan kokoh tanpa menunjukkan ekspresi letih. Ah, benar-benar orang ini tidak peka kalau sedang berjalan dengan seorang perempuan. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya dan aku pun juga mengikutinya.
“Hey, kita istirahat sebentar di bawah pohon itu,”katanya tiba-tiba.
“Ya,”jawabku singkat.
“Ini ada onigiri,”sambil menyodorkan kepadaku.
Arigatou
Sambil menjentikkan jarinya, aku melihat tangan Kai mengeluarkan sinar putih dan jreng.. berbagai benda keluar secara tiba-tiba tanpa hitungan detik. Apa dia seorang penyihir gumamku, tunggu dulu aku bukan di dunia fantasi kan tapi di zaman Edo lantas bagaimana dia melakukannya.
“K-kai bagaimana kamu melakukannya, apa kau seorang penyihir?”
“Rahasia,”jawabnya singkat.
“Eh.., lantas untuk apa kau mengeluarkan selimut, kayu bakar, dll?”
“Kau dari tadi banyak nanya, haah menyebalkan.. memang kalau berurusan dengan seorang perempuan akan jadi ribet seperti ini. Kita bermalam di sini soalnya kalau melanjutkan perjalanan sudah larut dan banyak binatang buas berkeliaran”
“Bi-binatang buas?”
“Ya, cepat kau bantu aku menyalakan api ini!”
“Oke”
Kami berdua pun sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk bermalam. Sambil memandangi langit yang penuh bintang aku tenggelam dalam lamunanku. Saat ini aku rindu dengan ibu, ayah dan kakek. Semoga kedatangaku ke zaman Edo ini tidak sia-sia. Malam pun semakin larut dan aku terbuai dalam dunia mimpi yang semu.
            “Hey bangun!!, sudah pagi,” kata Kai.
            “Ah berisik, bentar lagi,”jawabku sambil menarik selimut.
            “Gadis ini malas banget. Ok kalau kau mau tidur lagi, tidurlah tanpa selimut,”gumam Kai.
            Sedetik kemudian, Kai menjentikkan jarinya yang membuat semua barang di sekitarku hilang termasuk selimut yang aku pegang sehingga memaksaku untuk membuka mata dan melanjutkan perjalanan dipagi yang dingin sambil terkantuk-kantuk. Dari kejauhan aku mulai melihat sebuah pemukiman berarti sebentar lagi akan sampai. Tunggu dulu kenapa semua orang memandangku aneh. Astaga aku baru sadar ternyata pakaianku tidak sama dengan mereka. Aku memakai sweater dan celana panjang sementara mereka memakai kimono dan yukata. Lalu Kai menghentikan langkahnya disebuah rumah kecil dan dari balik pintu muncullah seorang pria yang langsung memeluk Kai.
            “Irasshaimase Kai, wah kamu membawa seorang gadis. Apa dia pacarmu?”
            “Bukan. Oh ya perkenalkan namanya Lily”
            “Hey Lily, hajimemashite watashi no namae wa Akira desu. Mari silahkan masuk,”sapanya
            “Hai
            Di sebuah rumah mungil milik Akira, aku dan Kai bermalam sambil memikirkan sebuah strategi. Aku pun disambut baik oleh istri Akira yang bernama Megumi dan dia memberikanku sebuah kimono untuk dipakai agar orang lain tidak curiga terhadap kedatanganku. Kebetulan ada satu ruangan yang bisa dipakai sebagai kamar sehingga aku bisa tidur di sana sementara Kai tidur diruang tamu.
            Kemudian Megumi mengajakku ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Aku bergegas ke belakang rumahnya. Malam ini kami membuat menu utama berupa sushi dan penutupnya kue mochi. Hmm yummy, sambil membayangkan rasanya yang lezat dan mengingatkanku pada masakan nenek di Tokyo.
            “Sumimasen menunggu lama, ini makan malamnya,”kataku
            “Wow..Lily kau nampak kirei dengan kimono,”kata Akira
            “Arigatou kak Akira, mari kita santap makanannya mudahan bisa seenak masakan kak Megumi,”jawabku.
            “Itadakimasu!!” jawab kami serempak.
            Setelah acara makan malam selesai aku langsung membantu Megumi membereskan meja dan mencuci piring. Sebelum beranjak meninggalkan ruangan, Kai sudah berdiri tepat dihadapanku dan dengan refleks aku mundur satu langkah.
            “Payah..gerakanmu masih lambat. Selesai membantu Megumi aku tunggu di sini untuk membicarakan sebuah misi,”kata Kai
            “Ya”
            Aku sebenarnya mau membalas sindirannya tapi aku urungkan niat itu, masak gara-gara itu aku perang mulut.           
            Sesaat setelah itu aku kembali ke ruang makan untuk menemui Kai. Dia tengah asyik membersihkan katananya.
            “Kai, apa misiku sebenarnya,”tanyaku
            “Oh, kau penasaran tetapi sebelumnya ilmu beladiri apa yang bisa kau kuasai?”
            “Kendo,”jawabku
            “Hmm.. sepertinya kau akan kesulitan dalam melakukan misi. Mau tidak mau aku harus mengajarimu teknik dasar samurai tetapi kau tenang saja karena jurus samurai yang aku ajarkan akan dipadukan dengan jurus kendo,”kata Kai
            “Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin sensei. Boleh aku melihat surat misi itu,”tanyaku
            “Oh yang kau berikan sebelum kita melintasi waktu. Hm.. aku akan memberikannya saat kau lulus dalam tes latihanku”
            “Ck.., baiklah sepertinya tidak ada lagi yang kau bicarakan. Aku balik dulu. Oyasuminasai
            “Dasar gadis ini, benar-benar tidak sopan. Oyasuminasai,”kata Kai dengan seulas senyum.
            Pagi-pagi di belakang rumah Akira terdengar suara gaduh yang disebabkan oleh suara komando Kai melatih Lily.
            “Ayo pegang yang benar katananya, bukan seperti itu,”kata Kai
            “Iya aku tahu, begini kan?” kataku sambil menunjukkannya
            “Salah!!”
            “Begini?” (dengan posisi berubah 900)
            “Salah!!”
            “Begini?” (berubah lagi menjadi 1800)
            “Salah!!!”
            Begitulah alur pelatihan yang diajari oleh sensei Kai. Meski Lily mendapatkan pukulan bertubi-tubi alias tekanan mental tetapi ia berusaha bertahan agar dapat bertemu dengan kakeknya. Disela-sela pelatihan Kai memperkenalkan dan menjelaskan beberapa senjata yang biasanya dipakai oleh seorang samurai seperti katana, wakizashi, naginata dan shuriken.
            “Tunggu dulu, bukannya shuriken biasanya dipakai oleh ninja?”
            “Ya tetapi kebanyakan samurai di daerah ini tidak lupa membawa shuriken saat berperang atau berduel, tergantung dari kondisi si samurai,”jawab Kai
            “Oh begitu, baiklah bisa kita istirahat?”
            “Istirahat..jangan membuatku tertawa. Apa kau mau mati sebelum bertarung?”
            “Ti-tidak. Baiklah ayo kita lanjutkan latihannya”
            “Nah begitu, selanjutnya aku akan mengajarimu jurus tsuki, haraki ashi, haya suburi, men, sa-yu men dan tsuba zeriai. Kau perhatikan aku baik-baik, setiap jurus hanya aku peragakan sekali berikutnya kau mengikutinya dan mengulanginya berkali-kali sampai kau hapal. Mengerti?”
            “Ok!!”
            Kemudian Lily pun berlatih sambil terus mengulangi jurus-jurus yang telah diajarkan Kai. Hari berganti hari, setiap pagi dan malam hari Lily dengan giat berlatih sambil diawasi oleh Kai. Perlahan tatapan dingin Kai berubah menjadi lembut ke arah Lily namun Lily tidak menyadari hal tersebut.
            “Berhenti dulu sebentar Li. Aku melihat kau masih kaku dalam memegang katana. Anggap saja kau sedang memegang shinai, tenang saja katana itu tidak akan melukaimu selama kau menganggapnya teman”
            Sementara Lily masih terbengong-bengong karena baru pertama kali ini Kai menyebut namanya.
“Hey..hey..(sambil melambaikan tangan ke arah wajahku). Apa kau mengerti apa yang aku bilang?”
“Tentu saja, katana adalah seorang teman bagi samurai”
Mendengar jawaban Lily, Kai spontan tersenyum kepada Lily yang membuat detak jantung Lily semakin keras. Bagi Lily itulah adalah senyuman termanis yang pernah ia lihat dari sosok bernama Kai. Sedetik kemudian Kai menyadari bahwa ia tersenyum kepada Lily dan langsung mengubah ekspresinya menjadi dingin.
“Hey Li apa yang kau lihat, cepat lanjutkan latihannya”
“I-iya sensei
Setelah berbagai latihan yang dijalani oleh Lily, Kai melihat ada peningkatan dalam berbagai jurus. Lantas ia menghampiri Lily untuk memberikan sebuah surat misi dari kakeknya.
            “Istirahat sebentar Li, ada yang ingin aku tunjukkan padamu”
            “Apa itu?”
            “Ini (sambil menyodorkan sebuah surat). Aku melihat kau telah mahir dan menguasai berbagai jurus yang aku ajarkan dan sekarang saatnya kau mulai menjalankan misi dari kakekmu,”kata Kai.
            Lily lantas membuka isi amplop itu dan mulai membaca surat misi. Namun alangkah terkejutnya saat dia membuka surat misi tersebut. Huruf kanji yang tertulis tiba-tiba berubah menjadi sebuah kalimat yang dapat dimengerti oleh Lily. Isi surat tersebut adalah :
Misi untuk cucuku Lily Kobayashi
Kau harus menyelamatkan sebuah desa yang sungainya telah diracuni oleh penyihir jahat bernama Reiko. Saat kakek menuliskan surat ini, kakek telah menjadi sanderanya. Tugasmu mencari bunga abadi di puncak gunung Fuji untuk memurnikan air sungainya. Penjaga gerbang waktu akan membantumu menuju kastil sang penyihir.

            “Bagaimana kau sudah siap?”
            “Tentu saja,”jawab Lily
            Keesokkan paginya Lily dan Kai berpamitan kepada Akira dan Megumi untuk melanjutkan perjalanan menuju gunung Fuji. Saat ditengah perjalanan Kai mengalungkan sebuah botol kecil yang berisi air abadi kepada Lily.
            “Apa ini?”
            “Ini sihir air, kau cukup membuka tutup botolnya lalu berkosentrasi. Bayangkan  sekililingmu adalah air dan lakukan gerakan lembut tetapi tegas saat kau menggunakan sihir ini. Sihir ini hanya bisa dipakai sebanyak tiga kali dan kekuatannya sangat dasyat,’kata Kai
            “Chotto matte, kau belum pernah mengajariku sebelumnya,”kata Lily
            “Aku yakin kau pasti bisa. Sebentar lagi kita akan memasuki gunung Fuji, berhati-hatilah karena kemungkinan Reiko akan mengirimkan ninja pembunuh,”kata Kai.
            “Baiklah, wakarimasu
            Tak terasa perjalanan yang melelahkan ini akhirnya terbayar juga. Di sekelilingku aku melihat pemandangan yang sangat indah, ada beberapa bunga sakura bermekaran. Saat ini di gunung Fuji masih musim semi biasanya kata Kai selalu ditutupi salju. Tinggal beberapa meter lagi kami akan sampai di puncak gunung itu. Namun dari balik semak-semak kami mendengarkan suara berisik.
            Ssrrrt....
            “Waspada Li!!”
            “Ya,”jawabku
            Tak lama kemudian dua buah shuriken hampir mengenai Kai tetapi langsung ditebas dengan gerakan cepat. Dari balik semak-semak satu persatu para ninja bermunculan dengan posisi menyerang. Pertarungan dimulai dengan sangat cepat tanpa ada jeda sedikit pun, kesalahan sekecil apapun akan menyebabkan nyawa kami berdua melayang.
            “Hiaat...!” teriakku sambil menyerang tiga orang ninja sekaligus.
            Dengan perpaduan jurus tsuki dan haya suburi aku berhasil mengenai lawan dan dengan cepat aku melumpuhkan mereka. Namun beberapa ninja yang lain mulai menyerangku.
            Wuuushh...!
            Sebuah tendangan yang sangat cepat mengenai pinggangku dan membuatku jatuh tersungkur. Belum sempat aku bangkit sebuah shuriken meluncur ke arahku dan dengan langkah yang sigap aku berhasil menepisnya. Sekarang keadaanku benar-benar tidak aman, aku dalam keadaan terkepung. Aku berharap Kai dapat membantuku namun aku melihatnya juga sedang dalam keadaan terdesak menghadapi para ninja. Baiklah aku harus berkosentrasi dan memusatkan pikiranku pada katana. Sambil memejamkan mata aku merasakan hembusan angin dan mencoba membaca gerakan lawan.
            “Aku siap menyerang,”gumamku
Baiklah kali ini aku akan menggunakan jurus men dan sa-yu men dengan cepat dan tepat.
Traakh...trakh...srrett...!!
            Bruuuk...!!
            Suara tubuh mereka terhempas ke tanah dan menghilang. Akhirnya aku berhasil menjatuhkan mereka.
            “Hebat kau Li!”
            “Kau juga hebat,”kataku        
            Tidak berapa lama kemudian sampailah mereka di puncak tertinggi gunung Fuji. Di sekeliling mereka terdapat aneka bunga berwarna-warni yang bermekaran.
            “Kai, bagaimana ciri-ciri bunga abadi itu?”
            “Bunga itu berwarna biru muda dan bertangkai emas. Begini saja kita berpencar untuk mencarinya,”sarannya
            “Baiklah kalau begitu aku mencari di sebelah sana,”kataku
            Aku menyusuri sekelompok bunga untuk menemukan bunga abadi. Lalu aku berjalan lurus dan menemukan sebuah tangkai yang bersinar.
            “Banzai!!, Kai coba kau kesini aku sudah menemukannya,”kata Lily.
            “Waw.. selamat, kalau begitu ayo kita pergi menyelematkan desa itu,”kata Kai.
            “Gomen.. tapi bisa tidak kita menyelamatkan kakek dulu. Aku ingin menyelesaikan misi ini bersama dia”
            “Hmm.. baiklah kalau itu keinginanmu,”kata Kai
            Mereka mengambil langkah cepat menuju kastil penyihir Reiko. Di sekeliling daerah kastil tidak ada cahaya matahari. Pepohonan di sebelah kiri-kanan jalan terlihat kering kerontang bahkan keberadaan binatang seekor pun tidak ada.
            “Itu dia kastilnya,”kata Kai sambil menunjuk
            “Sugoi..
            “Ini bukan saatnya kagum Li, kita harus menyiapkan kekuatan untuk bertarung dengan Reiko. Namun untuk kali ini aku yang akan bertarung dengan Reiko kau cukup melihat dan membantuku saat aku terancam”
            “Eh..nani?, aku juga ingin bertarung”
            “Jangan keras kepala, dia adalah lawan yang tangguh bagimu”
            “Ya, tenang saja aku tidak akan bertindak gegabah”
            Sesaat setelah itu sampailah mereka digerbang utama. Pintu gerbang terbuka dan tampak pasukan ninja dan ronin yang siap menghabisi kami berdua. Baiklah aku harus tenang. Aku melihat Kai menghela napas panjang dan memasang sikap kuda-kuda untuk menyerang.
            Ciaaat.. traaak... pletaaak... wuuush..
            Gemuruh pertarungan membahana di dalam kastil. Aku mendapat beberapa pukulan bertubi-tubi namun aku segera bangkit dan melawan begitu juga yang dialami oleh Kai. Pertarungan yang membuat kami kalah jumlah tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap melawan.
            Sreeeet...
            Tebasan terakhir berhasil melumpuhkan lawanku dan menandakan pertarungan telah berakhir. Namun pertarungan utama baru akan dimulai.
            Wuuush...
            Angin kencang tiba-tiba berhembus dan di depan kami muncullah Reiko sang penyihir jahat yang membawa sebuah kurungan yang cukup besar dan ternyata di dalamnya ada kakek.
            “Kakek!!!”
            “Li jangan kesana, berbahaya,”kata Kai sambil menahanku
            “Ck..bocah-bocah tengik. Aku tidak menyangka kalian bisa datang secepat ini ke kastilku. Baiklah aku akan memberikan sebuah hadiah. Terima ini!!,”kata Reiko
            Wuuush..
            Sebuah gumpalan api yang cukup besar melesat ke arah Kai. Kai mundur beberapa langkah dan klik ia menjetikkan jarinya yang membuat api itu menghilang. Lalu katananya berubah menjadi sebuah tongkat panjang, melalui tongkat itu ia mengeluarkan sihir angin yang kuat ke arah Reiko. Namun dengan satu gerakan, angin itu menghilang.
Pertarungan berlangsung semakin seru dengan perubahan elemen sihir yang sangat cepat. Mereka mampu merubah sihir mereka dari api ke air dan tanah ke angin. Aku ingin membantu namun melihat kondisi mereka yang imbang aku urungkan niat itu.
Bruuuk!!
Kai terhempas cukup jauh. Bagaimana ini?. Aku harus menggunakan sihir ini. Baiklah.
“Terima ini!!”
            Splaaas..
            “Apa ini? (sambil mengusap wajahnya). Kau mau bermain air denganku, Ha..ha..ha..!!,”kata Reiko
            Lalu dia melakukan sebuah gerakan dan mengarahkan sebuah bola air raksasa kepadaku. Aku tidak mampu menghindarinya dan terhempas cukup jauh. Seluruh tubuhku terasa remuk. Aku melihat kearah Kai dan ternyata dia masih belum sadar. Baiklah aku akan melakukan sihir air itu sekali lagi. Bayangkan sekelilingmu adalah air.
“Bangkit Lily!!,”teriakku
Aku melancarkan sebuah serangan balik dan tepat mengenai wajahnya. Ia mengerang kesakitan. Aku berhasil melukai wajahnya namun itu belum cukup. Baiklah kumpulkan energi dan pusatkan. Kali ini aku melakukan gerakan sapuan ke kiri dan kanan sambil memusatkan seluruh energi ditanganku.
“Hiaaaaaaaaaaaaaaat!!”
“Aaakkkhhh!!”
Suara teriakan Reiko memecah kesunyian kastil. Serangan terakhirku mampu merobohkan pertahanannya. Dia menghilang bersama serpihan air.
“Li...”
“Kai kau sudah sadar. Ayo kita pergi ke desa itu”
“Hm, kau pergi saja dengan kakekmu. Dia mengetahui letak sungai itu”
“Hey bicara apa kamu. Kita sudah janji akan pergi bersama-sama”
“Sudahlah.. kondisiku kurang baik. Lagi pula waktumu tinggal sebentar lagi. Cepat pergilah, mungkin kita tidak akan bertemu lagi tapi aku mau kau membawa surat ini dan membacanya saat kembali ke zamanmu”
“Ayo nak, kita harus cepat,”kata kakek
“Iya kek”
Sesampainya di sungai. Aku menghanyutkan bunga abadi itu, seketika air sungai yang berwarna hijau berubah menjadi putih bersinar. Penduduk setempat beramai-ramai ke sungai untuk menyembuhkan penyakitnya. Kini misi aku dan kakek telah selesai di zaman Edo. Perlahan tubuh kami mulai menghilang dan kembali melewati ruang waktu.
“Kai, Megumi, Akira sayonara!”
Wuuusshh..
Aku berhasil kembali dengan selamat. Tunggu dulu kenapa Mila masih membaca novelnya?. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ternyata nenek menelpon. Aku langsung berlari keluar menerima telpon.
Moshi-moshi, nenek apa kabar?”
“Li.. kakekmu telah kembali,”kata nenek
“Oh..syukurlah”
“Li kau baik-baik saja?. Aneh biasanya kau selalu antusias”
“Ya,tentu saja Lily antusias. Maaf nek, Lily sebentar lagi ada kelas, bye
 Aku segera memutus sambungan terlpon, takut kalau nenek menanyakan macam-macam. Soalnya aku dan kakek sepakat untuk merahasiakan perjalanan kami ke zaman Edo.
“Li! (dengan ekspresi geram). Dari mana saja kau?. Aku sudah dua jam menunggumu sambil mengerjakan tugas kita,”kata Mila
“He.. he.., maaf. Kalau begitu ayo cepat kita kelas, sudah terlambat ini,”kataku sambil berlari cepat
“Liiiiiiiiiiiiiiiiii!!”
Akhirnya aku terbebas dari amukan Mila. Di kelas, pak Adi mulai menjelaskan mata kuliah budaya jepang. Namun aku sibuk membaca surat dari yang bertuliskan:
Boku ga iru
Boku ga kimi wo mamotte ageru eien ni
Membaca surat itu aku tersenyum karena untaian katanya romantis. Hmm seandainya kita bisa bertemu kembali.
Tok.. tok..
Suara pintu tiba-tiba diketuk. Lalu muncullah seorang cowok berkacamata.
“Maaf pak, ini ada anak baru bernama Ray Nakajima”
Tunggu dulu apa aku tidak salah dengar. Na-nakajima, rasanya nama belakang keluarganya aku kenal. Ya, tidak salah lagi. Itu nama belakang Kai.

**The End**