Minggu, 08 Maret 2015

RESENSI NOVEL 3 ANAK BADUNG



Judul Buku      : 3 Anak Badung
Penulis             : Boim Lebon
Penerbit           : Penerbit Indiva
Tahun Terbit    : 2013
Tebal Buku      : 192 halaman
Ukuran Buku  : 19 cm
Cetakan           : Cetakan Pertama, Maret 2013
ISBN               : 978-602-8277-82-2

Si BCL (Bunga Cinta Lebay) dan akrab dipanggil mpok Bung, membuang ketiga putranya ke sebuah stasiun kereta api di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Si BCL meninggalkan ketiga anaknya yang masih kecil karena kesal dengan sang suami yang tega meninggalkan dirinya dan anaknya. Si BCL sayang dengan ketiga anaknya namun tidak tahu lagi cara menghidupi ketiga anaknya dengan utang yang semakin menumpuk. BCL pengen ketiga anaknya bisa mandiri dan mencari makan sendiri.
Kini mereka telah remaja dan menjadi pengamen. Mereka bertiga akhirnya tiba di Yogya dan selama di Yogya mereka dibantu oleh Mas Kelik. Di Yogya mereka musuhan dengan anak buah Mas Gundul yang berprofesi sebagai anak jalanan. Sepuluh tahun telah berlalu semenjak mereka ditinggalkan Emak. Mereka ingin kembali ke Jakarta menemui Emak tapi terkadang muncul perasaan benci sehingga mereka urung mencari Emak.
            Setelah uang mereka terkumpul, mereka akan kembali ke Jakarta mencari Emak. Namun sebelum ke stasiun mereka ingin balas dendam kepada anak buah mas Gundul yang telah memukul mereka. Saat mereka lengah tertidur, Rama memulai aksinya dan terjadilah kejar-kejaran. Mereka pun berkumpul di stasiun untuk menaiki kereta jurusan Jakarta. Namun, pada akhirnya ketiga anak badung itu menumpang sebuah truk pengangkut pasir. Tetapi mereka pindah truk karena tidak ingin diajak sholat oleh bang Sofwan.
Setelah mereka sampai di Jakarta, mereka bertanya kepada bang Sinyo, supir truk kambing yang mereka tumpangi. Bang Sinyo menyarankan agar untuk mengamen. Di tengah perjalanan mereka bertemu kembali dengan Bang Sofwan dan di masjid mereka diajarkan kembali cara untuk berwudhu dan sholat. Namun, Reh tertidur dipinggiran toko dan terpisah dari kedua saudaranya. Bang Sofwan mulai mengajarkan sholat kepada Rama dan Mola. Rama perlahan mulai memahami gerakan dan bacaan sholat. Sementara Reh mulai sadar tidak lagi tidur di emperan toko tetapi di rumah bang Roy.
Bang Roy mulai menyusun rencana untuk memanfaatkan Reh mengantarkan ‘barang’ ke James. James berada di hotel dan masih diawasi oleh intel pemberantas jaringan narkoba. Reh mulai diajak makan di restoran mewah dan tanpa disangka dipertemukan oleh kedua saudaranya yaitu Rama dan Mola. Namun, di tengah itu terjadi perdebatan antaara bang Roy dan Reh sehingga Reh kabur membawa ‘barang’ dan dikejar oleh anak buah bang Roy. Kemudian Rama dan Mola menyusul mengejar Reh dan ternyata setelah membuka bungkusan ‘barang’ itu adalah shabu-shabu.
Rencana ketiga anak badung itu yaitu melaporkan penemuan shabu-shabu ke bang Sofwan sambil tetap mengawasi sekitar jika ada anak buahnya bang Roy yang mengawasi. Setelah menceritakan permasalahannya kepada bang Sofwan, bang Sofwan menyarankan agar menyembunyikan shabu-shabu itu dan mencari tempat persembunyian yang aman. Anak buah bang Roy datang dan menanyakan ketiga anak badung itu namun tak dijawab oleh bang Sofwan, akibatnya bang Sofwan diculik. Ketiga anak badung itu mendapat berita bahwa bang Sofwan diculik dan menyepakati untuk melakukan barter, namun mereka berhasil mengelabui anak buah bang Roy.
Bang Sofwan, Mola, Rama dan Reh sepakat untuk membuang shabu-shabu itu di pinggiran kali Malang. Kemudian, Bang Sofwan memutuskan untuk ikut mencari BCL bersama ketiga anak badung. Perlahan mereka menyusuri kawasan Manggarai tempat dulu mereka tinggal. Sampai bertemu dengan pak Haji Mumu yang pernah memakai jasa nyuci BCL tetapi BCL berhenti bekerja. Lalu datang anaknya pak Haji si Betty yang tahu tempat kontrakan BCL.
Pencarian terhadap BCL mulai membuahkan hasil. Berkat si Betty, setelah melakukan pencarian ternyata beberapa rumah terbakar. Rama berusaha mencari emak BCL di tengah kerumunan warga namun belum berhasil. Menurut salah satu warga BCL ada di kantor RW. Setelah sampai di kantor pak RW, Rama bertanya-tanya pada warga dan akhirnya menemukan BCL. Antara percaya dan tidak mpok Bung melihat Rama dan tangisnya pun pecah. Akhirnya ketiga anak badung itu berkumpul dengan emaknya.
###
            Novel humor karya mas Boim Lebon sang master ngocol sangat menarik untuk dibaca. Di tengah berbagai kasus pembuangan bayi oleh ibunya, novel ini hadir dengan cerita berbeda dan terselip pembelajaran berharga. Novel ini berkisah tentang petualangan 3 anak badung yaitu Rama, Mola dan Reh mencari BCL. Karakter 3 anak badung ini sungguh unik. Mola anak pertama memiliki sifat pelupa, kadang lupa namanya dan parahnya lupa nama emaknya. Rama, anak kedua yang paling normal diantara kakak dan adiknya namun suka berantem. Ketiga, Reh anak bungsu yang doyan tidur, dimana-mana bisa tidur layaknya batu. Karakter mereka yang membuat buku ini hidup, sampai kita bisa dibuat ngakak dan senyum-senyum sendiri.
Kadang mereka bertanya kenapa mereka dibuang dan kenapa emaknya tega meninggalkan mereka di stasiun. Mereka berusaha mencari maknanya di jalanan. Bertemu dengan mas Kelik yang mengajarkan mereka mengamen dan menasehati mereka agar tidak terjerumus ke kehidupan jalanan yang menyimpang. Tidak hanya mas Kelik, ada juga bang Sofwan yang mengajarkan mereka cara sholat. Buku ini, selain kocak dalam pemaparan ceritanya juga diselingi dengan beberapa tips yang bisa diambil hikmahnya bahwa kasih sayang orang tua sangat berharga dan rasa syukur memiliki orang tua yang masih hidup dan menyayangi mereka.

            Selamat membaca novel kocak yang penuh hikmah ini, dijamin ngakak dan senyum-senyum sendiri dengan kekonyolan karakter ketiga anak badung. Buku ini cocok untuk semua kalangan umur, baik anak-anak, dewasa bahkan orang tua. Kadang juga di satu sisi merasa terharu melihat perjuangan Rama, Mola dan Reh dalam mencari sang Emak yang pada akhirnya rasa kasih sayang yang menyatukan mereka dan bersama berjuang dalam kehidupan selanjutnya.