Kamis, 14 Juni 2012


BERPRESTASI
                Al-Qur’an banyak sekali mengingatkan manusia agar menggunakan akalnya untuk berpikir dan bertafakur.
                “afala tatafakkarun, afala ta’gilum, awala yatadabbarun”
                 Manusia memang adalah makhluk yang berpikir (al insanu hayawanun nathiqun). Pada manusia, berpikir merupakan proses keempat setelah sensasi, persepsi dan memori yang mempengaruhi penafsiran terhadap suatu stimulus. Dalam berpikir orang melibatkan sensasi, persepsi dan memori sekaligus.
                Dalam kehidupan, berpikir diperlukan untuk :
1.       Memecahkan masalah (problem solving)
2.       Untuk mengambil keputusan (decision making)
3.       untuk melahirkan sesuatu yang baru (creatifity)

Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin rumit cara berpikirnya. Ada orang yang hanya bisa melamun, ada yang berpikir tetapi tidak realistis dan ada yangg berpikir realistia. Ada orang yang selalu berpikir, ada orang yang hanya mau berpikir jika merasa perlu dan ada yang kadang-kadang saja berpikir.
        Orang pandai berpikir secara bersistem misalnya berpikir deduktif (mengambil keputusan dari pernyataan umum) atau sebaliknya berpikir induktif (mengambil kesimpulan umum dari pernyataan khusus). Tetapi terkadang ada masalah yang tidak bisa dipecahkan dan berpikir secara biasa, maka bagi orang yang sangat pintar ia memakai metode yang disebut berpikir kreatif (creatif thinking).
Berpikir kreatif adalah berpikir dengan menggunakan metode baru, konsep baru, penemuan baru, paradigma baru dan seni yang baru pula. Urgensi pemikiran kreatif bukan pada kebaruannya tetapi pada relefansinya dengan pemecahan masalah. Karena kebaruan dan tidak konvensional, maka orang yang kreatif sering tidak dipahami oleh orang kebanyakan, tidak jarang dianggap aneh/bahkan dianggap gila (berpikir gila).
Proses berpikir kreatif itu melalui 5 tahapan :
1.       orientasi, yakni merumuskan dan mengidentifikasi masalah
2.       preparasi, yakni mengumpulkan sebanyak mungkin informasi
3.       inkubasi, yakni berhenti dulu, tidur dulu, cooling down dulu
4.       iluminasi, yakni mencari ilham
5.       verifikasi, yakni menguji dan menilai secara kritis ilmu pengetahuan bisa diperoleh manusia :
A.      melalui kapasitas intelektualnya (akal), melalui proses belajar
B.      melalui rasa, yakni melalui hati, melalui proses olah rasa, olah batin
C.      anugrah langsung dari Tuhan, disebut ilmu ladunni

Bagi manusia, ilmu dimaksud untuk mengetahui kebenaran tentang realita. Dari berbagai metode itu ternyata ukuran kebenaran tidak satu tapi bertingkat-tingkat , sebagai berikut :
1.       kebenaran ilmiah
2.       kebenaran matematis
3.       kebenaran sosial
4.       kebenaran filosofi dan logic
5.       kebenaran sufistik
Menurut istilah Al-Qur’an ada :
1.       ‘ilm al yaqin
2.       ‘ain al yaqin
3.       Haqqal al yaqin
Kebenaran ‘ilm al yaqin dapat diuji dengan teori ilmiah, kebenaran ‘ain al yaqin dapat dibuktikan dengan laboratoriun sedangkan haqq al yaqin hanya dapat dibuktikan nanti di akhirat. Seorang filsuf dapat menerangkan kebenaran sedangkan seorang sufi dapat merasakan kebenaran.
Kepada seorang sufi, filsuf berkata : “saya dapat membayangkan apa yang Anda rasakan”. Sebaliknya sang sufi menjawab : “saya dapat merasakan apa yang Anda bayangka”. Itulah ruang lingkup ilmu manusia.

sumber : eramuslim.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar