Senin, 31 Maret 2014

PERGESERAN BUDAYA LOKAL
By : Zefita
Budaya dalam arti yang luas bisa menjadi sebuah tata nilai, adat istiadat dan kebiasaan yang melekat pada prinsip dan kepribadian seseorang. Budaya bisa membentuk kepribadian dan karakteristik seseorang menjadi baik atau buruk. Saat ini budaya lokal mulai tergeser oleh budaya Barat yang mulai masuk dan mempengaruhi perilaku para remaja di Indonesia. Budaya Barat ini masuk melalui akses internet, television dan perkembangan mode atau tren.
Budaya Barat dulu hanya terlihat pada masyarakat perkotaan yang dapat dengan mudah mengakses internet tapi kini aku melihat masyarakat pedesaan di pedalaman mulai mengenal budaya Barat. Budaya Barat yang aku maksud adalah dari segi pakaian yang serba mini, perilaku yang bebas dan sudah mulai mengabaikan nilai moral dan agama. Sungguh memprihatinkan memang tetapi ini kenyataan yang aku lihat pada remaja sekarang. Saat jiwa muda mereka menggebu mereka tidak tau harus menyalurkannya kemana, akhirnya mereka mulai coba-coba. Mencoba free sex, mengakses situs porno, balapan liar, berdandan dengan sexy untuk menarik perhatian cowok yang mereka sukai, memamerkan aurat yang seharusnya tertutup dan masih banyak lagi. Istilah “gaul” dalam dunia anak muda menjadi sebuah momen yang harus dipatuhi jika tidak mengikuti tren maka akan disebut “kuper”. Gaul boleh-boleh saja asal pada tempatnya dan tidak berlebih-lebihan.
Dulu sewaktu aku kecil aku mengunjungi desa kakekku. Orang-orang disana ramah, pakaiannya sopan dan tertutup. Aku melihat banyak santri yang pergi dan pulang mengaji dengan ceria, mendendangkan lantunan ayat suci Al-Qur’an, nasyid dan sholawat. Namun kini setelah aku dewasa, aku melihat gadis dan pemuda desa setempat jauh dari budaya tradisional yang mereka pegang teguh. Pakaian mereka serba modern, berwarna-warni yang membuat sakit mata, sexy, dandanan yang menor antara wajah dan leher warnanya sungguh kontras, naik motor kebut-kebutan, bahkan di masjid kadang terdengar lantunan suara dangdud, music house dan lagu Sasak yang seharusnya tidak disiarkan dengan mudahnya. Kemana ya kira-kira tokoh adat, agama serta pemuda-pemudi yang masih berpegang teguh pada prinsip Islam??.

Semoga saja para orang tua mulai lebih memperhartikan perkembangan anaknya yang mulai remaja dengan pendidikan agama dan moral. Semoga saja masyarakat dan remaja Lombok tidak terjerumus dengan pergaulan bebas. Di Negara Jepang, Cina serta Negara Asia lainnya yang dulu masih tabu dengan pergaulan bebas kini mereka sudah plural dan melegalkannya. Di Indonesia khususnya di Jawa sudah banyak survey dilakukan mengenai keperawanan para pelajar SMP dan SMA yang hasilnya sungguh mengejutkan. Banyak diantara mereka yang sudah melakukan sex pra nikah dengan pasangannya. Di Lombok, mudahan saja masih ada pemuda-pemudi yang terus berjuang membangun budaya Islam dan mengenalkannya kepada para remaja dan generasi selanjutnya agar mereka menyadari bahwa ada batasan dalam bergaul dan jangan sampai gampang terjerumus. Sekali lagi “gaul” boleh-boleh saja asal jangan berlebih-lebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar