Selasa, 04 Maret 2014

Samurai eXpired

Samurai eXpired

            Di sebuah kampung yang bernama “Karang Panas” tinggallah seorang gadis yang bernama Fatimah. Ada yang unik pada perilaku gadis ini, ayo tebak pembaca (he..he..). Fatimah selalu membawa sebuah kayu berukuran 1 meter berbentuk seperti toya yang diberi nama “Shiro”. Maklum dia adalah otaku, ceritanya sewaktu masih SD sering banget nonton anime samurai X. Sampai-sampai perabaton di rumahnya banyak yang pecah gara-gara ditebas dengan shiro. Sebenarnya Fatimah pengen banget punya katana beneran alias 100% asli pedang yang terbuat dari campuran besi dan baja tetapi orang tua Fatimah was was dengan keinginan putrinya yang aneh bin ajaib. Solusinya ortu Fatimah akhirnya meminta sebuah tongkat toya dari perguruan pencak silat dengan terlebih dahulu dibentuk sedemikian mirip dengan katana. Dan pembaca yang budiman saat ini Fatimah sudah memasuki masa remaja, kelas 1 SMA dengan tetap menggandeng sobat sejatinya yaitu shiro.
            Siang itu sehabis pulang sekolah dia kebagian dapat menjaga warung serba usaha ibunya. Panas-panas seperti ini membuatnya tidak tahan untuk mencomot aneka gorengan di depannya dan segelas sirop rasa jeruk.
            “Ahh.., segernya!!” (sambil meneguk si sirop yang hampir habis)
            Dari kejauhan tampak segerombolan anak kecil yang tengah menuju warungnya. Bocah-bocah itu pasti mau ngutang lagi, hmm nggak akan gue biarin. Gumam Fatimah dalam hati.
            “Kak beli permen satu sama pelecing-nya dua ribu 3 bungkus?”,jawab bocah pertama.
            “Kak beli pecelnya tiga ribu 1 bungkus,”jawab bocah kedua.
            “Oke adek-adek yang manis,”jawab Fatimah
            Setelah itu Fatimah mulai mengulek bumbu pelecing terlebih dahulu dan disusul  bumbu pecel dengan terlebih dahulu menambah beberapa cabe yang sebenarnya melebihi takarannya. Sambil melirik dengan tatapan ala samurai ke bocak-bocah yang masih polos dan lugu namun bagi Fatimah mereka adalah monster kecil yang siap melakukan berbagai kejahilan.
            “Ini dek, totalnya yang ini 6 ribu dan yang ini 3 ribu,”sambil menunjuk (tak lupa memasang senyum malaikat).
            “Kak Imah (sapaan sehari-hari), kita lupa bawa uangnya. Gimana kalo ngutang dulu, besok-besok dibayar.”
            “Besok-besoknya berapa hari?”. Biar Kakak catet.
            “Hmm, (sambil memikirkan dan nengok ke atas) gimana ini sampai kapan kita ngutang,”bisik ke salah satu temannya
            “Iya..ya, sampai kapan,”balik bertanya
            “Kakak tulis seminggu deh, habis kelamaan mikirnya”
            “Tunggu dulu kak, bibi Imah perasaan nggak pernah nyatet-nyatet deh. Kok tumben sekarang kalo utang dicatat.”
            “Hmm, dasar bocah. Bibi Imah kelewat baik sama kalian dan menurut ilmu akuntansi yang sedang kakak pelajarin hal sekecil apapun harus dicatat termasuk hutang. Dan menurut Islam, hutang itu harus segera dibayar sebelum meninggal ntar kita masuk neraka lho.”
            Mereka terbengong-bengong mendengarkan penjelasan Fatimah dan meleletkan lidahnya terus ngeloyor pergi tanpa permisi. Dasar bocah tetapi lihat saja ntar he..he.. pasti mereka akan bolak-balik kamar mandi karena sakit perut (sambil memasang muka licik yang dipenuhi awan hitam). Beberapa menit kemudian si Mama sudah pulang dengan menenteng belanjaan yang cukup banyak untuk warung ditemenin si Bapak dengan mobil buntut yang bunyi napasnya ngos-ngosan.
            “Imah bantu mama ini, bawa belanjaan kok malah bengong ngelihatnya,”kata mama
            “Nah kebetulan mama sudah datang, Imah mau latihan bareng shiro” (sambil berlari dengan jurus seribu bayangan)
            “Eh..eh..ini anak disuruh malah kabur, dasar Imah. Jangan latihan dalam rumah!!”
            Di tengah kebun amaq Amet, Imah dan shiro mengambil posisi bersemedi terlebih dahulu sebelum latihan. Kemudian Fatimah berdiri memasang kuda-kuda dan menggenggam shiro. Lalu mengambil acang-acang, dengan pohon pisang sebagai korban eh maksudnya sebagai target.
            “Ciaaat!!!!” (dengan gerakan menebas posisi sebelah kiri melengkung 900)
            “Braaak” (si pohon pisang yang tidak berdosaa akhirnya tumbang)
            “Ups padahal cuma mau menggores sedikit. Berarti shiro, kekuatan kita bertambah.”
            Dari kejauhan amaq Amet yang lagi bersepeda ria dengan mimik kaget bercampur heran mendengar suara aneh dari kebun miliknya. Tanpa basa kalbu maksudnya basa basi mengayuh sepedanya dengan kecepatan diatas 60km/jam. Warga yang tengah melintas sontak mendadak melakukan goyangan dangdud ke kiri dan ke kanan menghindari “si Kancil” (nama sepeda amaq Amat). Dan sampailah di TKP (Tempat Kejadian Pembantaian).
            “Oh pohon pisang kesayanganku. Padahal tinggal seminggu lagi dikau berbuah. Siapa...siapa??? yang melakukan ini padamu.” (dengan muka yang berkaca-kaca meratapi nasib pohon pisang kesayangannya yang telah dibantai dengan sadis)
            Fatimah masih berdiri kaku meratapi nasib selanjutnya yang akan terjadi. Apa yang harus gue lakukan??. Amaq Amat lagi bawa si Kancil kalau gue kabur pasti dikejar dengan kecepatan extra, hmm kalau gue lawan memakai shiro pasti kalah soalnya amaq Amat lagi bawa goloknya. Aha gue tau.
            “Assalammualaikum miq
            “Wa-waalaikum salam” (masih dengan mimik sedih)
            “Miq, coba deh lihat di atas pohon jambu itu ada burung kutilang. Wah!! Warna bulunya bagus banget sayang kalo nggak ditangkap buat koleksi Mamiq.”
            “Mana Fatimah??” (sambil celingak-celinguk melihat setiap detail ranting pohon jambu)
            Yes misi berhasil dan saat ini kesempatan gue untuk kabur. Ayo shiro kita kabur. Sambil mengendap-ngendap dengan suara langkah yang mengikuti irama angin sepoi-sepoi. Fatimah mulai melancarkan jurus seribu langkah bangau menuju rumahnya.
            “Mana nih Fatimah, burungnya ndeq muncul-muncul?” (sambil menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok Fatimah yang lenyap ditelan angin). “Fatimah!!!!!”. Sial aku kena tipu lagi, dasar bocah gila. Awas kalau ketemu nggak akan aku beri ampun. Sambil melihat nasib pohon pisangnya yang telah koma, amaq Amet tetap mencoba untuk menanamnya kembali tapi sayang seribu sayang akarnya tidak terlalu kuat untuk menopang kembali si pohon. Amaq Amet termenung sesaat meratapi nasib si pohon dengan melantunkan sebuah syair dan doa yang tulus beliau mengubur pohon pisang itu dengan taburan bunga di atasnya.
            “Shiro akhirnya kita selamat. Nah sekarang kita back go ke rumah.”
            Dalam perjalanan pulang Fatimah berpapasan dengan dua sohib kentalnya yang dari zaman TK sampai SMA nggak ganti-ganti, maklum sudah mendarah daging lengketnya.
            “Imah mau kemana lho, kok napasnya ngos-ngosan gitu kayak dikejar tanse eh maksudnya setan,”tanya Mira
            “Eh lho berdua, gue mau pulang. Mumpung kita ketemu gue pinjam dong catatan fisika dan kimia soalnya he.. gue belum sempat nyatet.”
            “Ck..ck..sudah gue duga lho bakalan ngomong kayak gitu siapa suruh  setiap pelajaran fisika dan kimia lho molor,”kata Siska
            “Wah Sis keren lho bisa nebak isi pikiran gue. Gue aja yang sudah bersemedi dengan shiro selama 7 tahun 7 bulan belum sampai ilmunya.”
            “Hello Imah!!, jangan lebay. Gue itu udah tempe eh tahu kebiasaan lho.”
            “Ho..ho..(tertawa ala bangsawan). Pada mau ke rumah Mira kan?”, nah gue ikut sekalian minjem catatan.
            Di rumah Mira, Fatimah bukannya langsung ke kamar Mira untuk minjem catatan malah bertarung ala samurai dengan adeknya Mira yang bernama Rian. Fatimah mengeluarkan jurus yang agak ringan maklum lawanya anak kecil. Setelah dirasa cukup menguras tenaga petarungan pun dihentikan berhubung mama Mira yang agak was was perabotannya bakal pecah.
            “Kak bisa minta tolong ambilkan layang-layang yang ngangkut di atas pohon durian?”
            “Hah.. pohon durian, ngerjain gue lho Rian. Oke no problem dengan bantuan shiro semua beres.”
            “Selamat berjuang Kak.”
            Fatimah mengucap doa dari lubuk hati yang paling terdalam agar buah durian tidak jatuh menimpanya. Tinggal sedikit lagi shiro menyentuh benang layangan itu dan detik berikutnya layangan sudah ditangan Fatimah. Namun tanpa sengaja shiro menyenggol buah durian di sampingnya dan kontan buah durian  itu melakukan goyang kiri dan kanan sebelum jatuh sesuai hukum grativasi. Fatimah yang sadar di bawah sana ada adeknya Mira yang masih bengong menunggu layangan akhirnya berusaha melakukan gerakan penyelamatan menjangkau sang durian yang tinggal semeter lagi menyentuh tanah tapi sayang sang durian telah sukses mendarat dengan bunyi yang cukup keras dan diselingi suara “Ciaaap”.
            Mati deh gue. Kira-kira apaan yang bunyi “Ciaaap”, kalau suara Rian nggak mungkin kayak gitu. Berarti itu suara apaan?. Dengan hati yang dag dig dug, Fatimah memberanikan diri melihat ke bawah dan seonggok makhluk yang tidak bisa dipaparkan kondisinya telah berpulang ke rahmatullah dengan beberapa orang yang menatap heran dan terkejut. Yap itulah sang ayam jago kebanggaan abah Mira yang tewas tertimpa durian. Fatimah mulai terserang nervous dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya, tanpa permisi dulu kepada tuan rumah sambil memberi kode kepada Rian agar tidak ribut Fatimah kabur dan tidak lupa membawa buku catatan Mira yang tergeletak di meja ruang tamu. Sambil berlari Fatimah sempat melihat ke belakang dan menyesal telah membunuh ayam yang tak berdosa itu. Ayam jago itu sebenarnya lagi pedekate dengan ayam betina tetangga sebelah tetapi nasib cintanya harus terkubur sebelum berkembang. Fatimah kemudian menundukkan kepalanya dan berdoa semoga arwah dan amal ibadah sang ayam jago diterima disisinya. “Amin”.
            Akhinya sampailah Fatimah di rumah. Dia langsung masuk kamar dan menguncinya dengan gembok super gede berharap tidak ada yang mampu mendobraknya. Sang mama yang mendengar anak gadis semata wayangnya pulang langsung menuju kamarnya dengan muka kesal campur asam.
            “Imah!!!”. Buka pintunya mama mau ngomong ini soal beberapa pelanggan warung mama yang komplain.
            “Aduh Ma, Imah mau belajar ini. Besok saja ngebahasnya.”
            Kemudian untuk meredam amarah mamanya, Fatimah mulai menyetel musik laruku keras-keras sampai suara mamanya hilang ditelan dunia lain. Di meja belajar dia tengah menyusun staretegi untuk meloloskan diri dari kejaran amaq Amat, Mira dan  pelanggan warung mamanya. Strateginya bermacam-macam, mulai dari memasang jebakan dan perangkap anti bocor, melatih jurus seribu bayangan menjadi sepuluh ribu bayangan juga terobosan baru Fatimah beradaptasi dengan lingkungan, warna, cuaca di sekitarnya (seperti kamuflase bunglon).  Hmm sepertinya besok akan menjadi hari yang melelahkan bagi Fatimah.
            “Ma, Imah berangkat dulu. Assalammualaikum.”
            “Waalaikum salam. Hati-hati. Hmm Imah, mama hanya mohon satu hal kepadamu. (Jreng..jreng..) Berubahlah menjadi dewasa. Soal ayam jago abah Mira sudah mama ganti rugi, syukurlah ayamnya cuma gegar otak ringan plus amnesia dan sudah dibawa ke puskesmah terdekat.”
            Jantung Fatimah hampir saja mau copot dan keluar dari raganya tetapi untung saja dia langsung menangkap dan memasukkannya ke dalam. Bagai ditembak busur tepat ke hatinya, Fatimah merenungkan kata-kata mamanya yang tidak pernah disangka bakalan keluar dari mulut mamanya langsung bukan soal ayam jago lho. Selama ini mama dan bapaknya tidak pernah mengeluh soal kelakuannya yang rada unik dan bikin gemesin plus ngeselin warga sekitar akibat ulahnya bersama shiro tetapi justru yang keluar berupa nasehat bijak yang tidak pernah mau didengar Fatimah.
Di kelas Fatimah seperti kehilangan separuh jiwanya, bengong nggak jelas, disapa sama temannya malah bilang “selamat malam”. Belum lagi kedua temannya Mira dan Siska yang bingung soal perubahan sikap sohibnya yang 3600 miring ke kiri.
            “Imah..Imah..(sambil mengguncangkan bahunya),”panggil Siska
            “Imah!!” (teriak ditelinga Fatimah). Soal ayam jago abah gue lho nggak usah khawatir, sudah gue maafkan. Lagian masak cuma gara-gara ayam persahabatan kita goyang eh goyah,”kata Mira
            Fatimah yang sedang asyik bengong dengan mulut menganga kurang lebih  10cm, menatap lurus ke depan tanpa berkedip hanya merespons dengan ucapan “selamat malam” kadang-kadang berubah menjadi “good night”.
            Saking kesalnya, Mira dan Siska akhirnya mengeluarkan jurus pamungkas turunan nenek moyangnya generasi ke sembilan plus cucunya yang ke sepuluh.
            “Eh lihat deh Sis, ada cowok cakep mirip artis korea,”kata Mira
            “Mana..mana.., (sambil melongokkan kepalanya ke jendela). Oh iya, cakepnya!!!”
            Fatimah yang mendengar kata “cowok cakep” mendapatkan suntikan energi sebesar 100% tanpa diskon.
“Co-cowok cakep, mana??”,sambil celingak-celinguk di dekat jendela kelas.
Sesosok makluk kawaii yang belum dapat diidentifikasi sedang melintasi koridor kelas. Angin sepoi meniup jilbab Fatimah (semua siswa perempuan di sekolah ini wajib memakai jilbab,” bunyi peraturan kepala sekolah” jreng), memberikan kesegaran sejenak di jiwanya yang tengah berduka disusul bunyi petasan yang berbentuk bunga tergambar di sisi kiri dan  kanannya dan ditambah lagi jantungnya yang berdetak tidak beraturan (bagi yang bisa dengar suaranya mirip tebasan samurai yang mengenai jantung Fatimah).
“Siska..Mira.., gue..gue.. sudah kalah sebelum bertanding. Mister misterius telah menebas jantungku hingga lukanya sangat dalam dan tak mampu lagi untuk diobati, hanya dia yang bisa mengobatinya.”
“Eh Imah.. lho nggak salah minum obat ya, kenapa omonganmu kesastra-sastraan?”,kata Siska
“Iya nih, pasti saking senangnya dapat tugas bahasa Indonesia. Gue tahu karena nilai bahasa Indonesiamu dapat 90 kan?”tanya Mira
“Hello guys tapi benar sih omonganmu Mira. Maksud gue itu, siapa cowok yang lagi jalan menuju kantin,”sambil nunjuk
“Hmm..(sambil menatap curiga ke Fatimah), namanya Ilham anak kelas 3-C jurusan IPS. Tempat nongkrong mushola sekolah sepertinya dia anak remus (remaja mushola),”kata Siska
“Ha..ha..ha.., Fatimah..Fatimah nggak nyangka pada hari,jam,menit dan detik ini lho naksir cowok. Sambil menunjuk ke wajah Fatimah seperti seorang yang bersalah. Sebelumnya saat ada cowok yang naksir lho pasti dia mati kutu besoknya, gara-gara lho kerjain. Kalau lho nggak ngerjain paling nantang duel, gue jadi inget sama anak kelas 3-D yang namanya Bimo atlet kempo. Sehabis lho duel sama dia dan ternyata dianya kalah. Dan besok saat kalian berpapasan, dianya malah sembunyi di balik pohon, mungkin dia ngeliat lho kayak ngelihat hantu kali, ha..ha..ha (sambil menyeka air mata yang nggak berhenti keluar gara-gara ketawa),”canda Mira
            “Emang cerita gue lucu ya, ck..ck..salahnya dia sendiri kenapa kalah lawan gue padahal cowok dasar lemot,”kata Fatimah
            “Hmm..duhai sahabatku (ketularan Fatimah) nggak gitu caranya kali plus tambah kurang nolak cowok. Nah sama Ilham sendiri gimana?”, apa lho mau memakai cara yang sama,”katta Mira
            “Stop talking about me!!”. Untuk kasus ini friends agak berbeda, tunggu aja aksi selanjutnya Fatimah si samurai.”
            Keesokan harinya Fatimah mulai memasang aksi nguntit Ilham. Dengan berpakaian ala detektif dia mulai mengikuti gerak-gerik Ilham, mulai dari ke perpustakaan, kantin, ruang guru, lapangan basket, rumahnya, kecuali kamar mandi cowok. Ternyata Ilham adalah sesosok pribadi yang unik di mata Fatimah, dia cowok yang alim bayangin aja sholat di zuhur dan ashar di mushola sekolah. Biasanya pulang sekolah jam 3, itu pun kebanyakan siswa malas kalau nongkrong di mushola buat nungguin waktu ashar paling pulang ke rumah atau nggak nongkrong main PS (Play Station). Pergaulan Ilham kebanyakan berteman dengan sesama jenis eh maksudnya ama teman-teman cowoknya kalau dengan teman ceweknya, Ilham menjaga interaksinya tidak terlalu sering. Hmm, benar-benar cowok alim dan cool. Sepertinya bakalan susah kalau harus berkenalan dengan dia. Aha aku masuk remus aja tanpa ketahuan Mira sama Siska.
            Setelah mendatangi markas remus dan mengisi formulir pendaftaran, Fatimah resmi menjadi anggota remus. Dan ternyata Fatimah sempat kaget dengan berbagai kegiatan remus, dia pikir ikut remus itu cuma diajarin ngaji dengar ceramah but she is wrong. Dalam remus itu justru ada kajian yang menarik tentang bagaimana kita bisa dekat dengan Allah swt dan dikemas dalam diskusi yang menarik serta fresh dan fun.
            Sehabis pulang sekolah tanpa pamit kedua sahabatnya, Fatimah langsung berlari ke arah mushola untuk berangkat menuju sebuah kampung untuk mengajar sekaligus membagikan bantuan berupa uang, sembako dan buku-buku pelajaran. Awalnya teman-temannya sempat heran terhadap shiro yang selalu dibawa sama Fatimah tetapi dengan alasan yang sok bijak Fatimah mengklarifikasi bahwa shiro adalah temannya sekaligus alat untuk melindungi dirinya.
            “Fatimah, ayo kita ajar bocah-bocah kecil itu ngaji. Lihat mereka lucu-lucu dan manis-manis,”sapa Intan
            “Hmm..iya” (mudahan mereka bukan monster kecil yang jahil)
            Sejauh ini kegiatan baksos (bakti sosial) berjalan lancar dan saatnya bersiap-siap untuk berpamitan kepada warga. Fatimah hanya bisa memandang Ilham dari kejauhan seperti pungguk merindukan punggung. Setelah mereka keluar dari gang ada beberapa pemuda yang menghalangi jalan mereka, pakaiannya seperti preman jangan-jangan mereka preman kampung ini.
            “Hey kalian!!!”. Anak-anak sok alim, beraninya menginjakkan kaki di kampung kami tanpa permisi,”kata preman bertato
            “Assalammualaikum mas-mas yang ganteng, kami ini dari remus SMA Tri Bangsa. Maksud kedatangan kami baik menawarkan ngaji anak-anak di sini,”sapa Anton ketua remus.
            “Haaah..ngajar anak-anak ngaji. Cih kami nggak butuh yang begituan, kalian tahu apa yang kami butuhkan???” Uang!!!”,jawab preman berambut gondrong dengan kasar.
            “Sabar Mas, segala sesuatu nggak bisa diukur dengan uang. Menurut agama Islam....
            Tanpa sempat meneruskan kata-katanya, Anton sudah dihadiahi sebuah bogem mentah tepat dihidungnya yang membuat hidung super mancungnya menjadi penyet. “Sial gue harus operasi plastik,”katanya polos. Tanpa dikomando perkelahian pun tak dapat dihindarkan maklum gejolak jiwa muda. Fatimah bersama teman-teman ceweknya sembunyi di pojokan. Sebenarnya Fatimah geregetan pengen mengeluarkan jurusnya bersama shiro tetapi Ilham dan beberapa kawannya menginstruksikan untuk melindungi mereka. Saat semuanya pada sibuk berkelahi tiba-tiba seorang preman menerobos pertahanan Ilham dan kawan-kawannya dan sontan para cewek teriak histeris.
            “Tenang teman-teman, Imah ada di sini bersama shiro untuk membantu,”jawab Fatimah
            “Bahaya Imah ntar kamu terluka,”kata Susi
            “Sudah biasa eh maksud gue tenang aja”
            Baiklah lawan Fatimak kali ini adalah preman berkepala dua, maksudnya preman dengan dua buah tongkat di kedua tangannya siap menghajar Fatimah.
            “Hey gadis manis, jangan cari-cari gara sama gue “Tami” (sambil menepuk dadanya yang kerempeng dengan bangga).
            “Ha..ha..nama lho aja nggak serem, jangan becanda deh lho. Siap-siap aja lho dihajar sama shiro
            Pletak, buuk, buuz, prang, traaang. Begitulah suara pertarungan yang tengah terjadi dipenuhi konser musik berbagai barang. Fatimah sudah melumpuhkan si krempang dan berikutnya datang preman yang agak berisi lemak. Dengan jurus memutar dan ditambah dengan loncat kodok, tebasan shiro tepat mengenai ulu hatinya tetapi sayang ditengah pertarungan sang legenda telah terbelah menjadi dua bagian. “Oh shiro, malangnya nasibmu”. Dan pertarungan belum berakhir sampai di situ tiba-tiba dari arah berlawanan datang seorang preman lagi dengan gerakan yang lincah mendekap tubuh Fatimah agar tidak bisa begerak. Gerakan Fatimah terkunci tetapi jangan panggil Fatimah kalau tidak bisa lepas dari cengkraman sang preman. Fatimah melakukan gerakan menendang ke belakang tepat mengenai alat vitalnya kemudian mengeluakan jurus rahasia dan pamungkasnya yaitu shuriken. Akhirnya pertarungan dimenangkan oleh pihak remus dengan luka-luka cukup ringan, sementara Anton masih memegang hidungnya yang belum mengembang. Sementara dari pihak preman telah meminta maaf dengan ditemani aparat desa setempat sedangkan Fatimah masih dipojokan meratapi nasib shiro yang telah meninggalkannya tanpa berkata sepatah kata pun padahal Ilham sempat memuji terhadap tindakan heroiknya.
            Sampai di rumah, Fatimah mengunci diri dikamar dan merenungi peristiwa yang barusan saja terjadi sampai dia kehilangan sobat kentalnya. Setelah menimbang, merenungi dan mengikhlaskan kepergian shiro, dia membuat sebuah kotak kayu sebagai tempat peristirahatan terakhir shiro dan berjanji tidak menjahili warga sekitar kampungnya, membahagiakan kedua orang tuanya, berbuat kebaikan terhadap sesama, mengejar cinta Ilham dengan sabar juga terakhir dia akan pensiun dari perguruan samurai tetapi tetap menolong kaum yang lemah dengan sewajarnya.

Keterangan :
Ø  Toya : tongkat panjang yang biasa digunakan pada pencak silat
Ø  Shiro : putih
Ø  Otaku : fanatik yang berlebihan terhadap anime, style, band yang berbau jepang
Ø  Pelecing : makanan khas lombok yang super pedas
Ø  Amaq : bapak
Ø  Miq/Mamiq : sebutan hormat untuk bapak-bapak yang sudah haji
Ø  Ndeq : tidak
Ø  Laruku : band jepang
Ø  Kawaii : imut, manis

Ø  Shuriken : senjata rahasia ninja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar