Kamis, 13 Maret 2014

GARA-GARA ES CAMPUR

GARA-GARA ES CAMPUR
By : Fitria Listiarini
“Guys, gimana kalau kita beli es campur,”  kataku.
“Oke, gue haus banget,” kata Lia.
“Hmm.. boleh, dimana?” kata Ica.
“Dekat kok dari kampus,” jawabku.
            Kami bertiga menyusuri jalan setapak di samping kampus. Bercanda ria sambil melihat pemandangan. Udara panas tak terasa bagi kami. Ada saja hal yang kami bicarakan. Mulai dari tugas kuliah yang menumpuk, dosen killer, teman sekelas yang lagi cinlok, kegiatan organisasi dan cowok yang lagi ditaksir sehingga rasa lelah tak terasa bagi kami.
            Dari kejauhan, rombong es pak Slamet mulai terlihat. Warna catnya sangat mencolok yaitu warna kuning. Kami melihat beliau sudah dikerumuni fans-fansnya alias pembelinya.
            “Gila!! Gimana kita terobos barisan serdadu yang super ketat?” kata Ica.
            “Ya amplop!!! Gue udah kehausan stadium lima,” kata Lia.
            “Sabar teman,” jawabku.
 Di tengah hiruk pikuk itu, aku memikirkan sebuah ide gila. Aku mengambil posisi dan sudut yang tepat untuk mempraktikkan jurus terbaruku. Nama jurus ini adalah jurus mepet terobos. Dengan tubuhku yang kurus dan mungil, jurus ini sempurna untuk dipraktikkan.
Srrrrrt!!!
Jreng.. jreng..
Lia dan Ica terbengong-bengong sambil mangap super lebar. Kalau ada ikan pasti muat masuk ke dalamnya.
“Kok bisa Tia, lho.. lho dapat tiga gelas es campur?” kata Ica.
“Ya sudahlah. Samber aja Ca,” kata Lia ganas.
“Minum dulu gih. Ntar gue certain,” kataku.
“Serius lho Ti. Ngomong sambil minum, nanti bunyinya blebblebblebbleb,” kata Lia ngocol.
“Haha… ngocol abis lho. Maksud gue pas es campurnya abis,” kataku.
            Keganasan kedua temanku, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mereka seperti berjalan berhari-hari di tengah gurun dan menemukan sebuah oase yaitu es campur pak Slamet.
            Aku pun menceritakan soal gerakan slow motion  jurus mepet terobos. Mereka manggut-manggut seolah memaklumi sambil ngakak super lepas. Pas aku menceritakan detik-detik hampir mendekati pak Slamet. Ada seorang cewek gendut yang sulit diterobos dan akhirnya aku mengeluarkan jurus rahasia.
            “Slurp.. slurp.”
            “Yah, ntaran minumnya Ti, apa jurus rahasia itu?” kata Lia penasaran.
            “Hmm.. jurus rahasianya.. slurp slurp.”
            “Ah.. apaan?” kata mereka berdua.
            “Oh sorry. Kalian penasaran, jurus rahasianya. Jadi, jurus rahasianya adalah adalah adalah gue kasik dia permen,” kataku polos.
            “Haaaaaah… kok bisa, becanda lho nggak asyik,” kata Lia geram.
            “Serius gue. Ternyata dia seekor eh seorang anak-anak. Awalnya gue kira dia seumuran kita tapi ternyata badannya aja yang gede.”
            “Ternyata benar ya, es campur pak Slamet uenaak banget bukan sekedar gosip belaka,” kata ica.
            “Ya, jadi kita nggak penasaran lagi, karena kita???”
            “Petualang kuliner!!” kata kami serempak.
            Tampak para pembeli lainnya memutar kepala mereka kira-kira 900 ada yang ke kiri dan ke kanan. Namun, kami bertiga hanya cuek bebek.
            Tibalah detik-detik membayar. Aku mengeluarkan uang 5 ribuan dan menunggu Lia dan Ica mengeluarkan uang. Ica sudah menyerahkannya kepadaku dan aku menunggu Lia membongkar-bongkar dan mengaduk isi tasnya berkali-kali dan kelihatannya dia panik. Ternyata oh ternyata dia lupa membawa dompet, maklum penyakit pikunnya kambuh . Akhirnya kami berdua patungan membayar kekurangannya dengan mengaduk-aduk isi tas dan menemukan beberapa uang receh. Hari ini seperti ada pelangi yang selalu bersama kami yaitu arti sebuah persahabatan semanis es campur penuh warna-warni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar